PENDAHULUAN
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang amat luas (komperhensif) yang berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup manusia. Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia. Jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Filsafat berusaha memahami kehidupan manusia dan bagaimana kehidupan ini sebaiknya dijalani, untuk apa manusia berjuang, bagaimana kondisi martabat dirinya, dan usaha apa yang perlu dilakukan untuk memajukan kesejahteraan hidup lewat pendidikan?
Oleh sebab itu, filsafat memilki peran sebagai alat bantu memecahkan masalah-masalah pendidikan. Filsafat dapat digunakan untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan secara sistematis, cermat, waspada, ketat, dan teliti. Oleh karena itu, di samping adanya hubungan antara filsafat dan pendidikan maka tentu filsafat memiliki fungsi yang signifikan terhadap pendidikan sehingga filsafat bisa digunakan dalam membantu mengembangkan pendidikan baik secara praktis maupun teoritis dalam wacana menuju pendidikan yang ideal.
FUNGSI FILSAFAT TERHADAP PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN
Secara bahasa, kata filsafat, berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Philoshophia. Kata Philes berarti cinta, senang, suka dan kata Shopia berarti pengetahuan., hikmah, dan kebijaksanaan (Jalaluddin dan Abdullah Idi, tt: 9). Dengan demikian, secara bahasa, filsafat dapat diartikan sebagai cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan secara istilah, menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah) filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada dogma, tradisi, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Sementara itu, pendidikan secara bahasa berasal dari kata Yunani, yaitu peadagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Secara istilah menurut Ngalim Purwanto (tt: 11) berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
B. Hubungan Antara Filsafat dan Pendidikan
Sebelum mengetahui apa fungsi filsafat terhadap pendidikan maka kita perlu mengetahui hubungan antara filsafat dan pendidikan itu sendiri. Dalam bukunya, Antara Filsafat dan Pendidikan, Ali Saifullah (1986: 117) menyebutkan antara filsafat dan pendidikan terdapat hungan horisontal, meluas ke samping, yaitu hubungan anatara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan sintesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problem-problem pendidikan dan pengajaran.
John S. Brubachen (dalam Jalaluddin dan Abdullah Idi, tt: 18), seorang guru besar filsafat asal Amerika, mengatakan bahwa hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara satu dengan lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan kedua disiplin ilmu tersebut menghadapi problem-problem filsafat secara bersama-sama. Selanjutnya menurut Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah Idi, tt: 18-19) filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objeknya dari segi hakikatnya, memiliki beberapa pokok problem, antara lain sebagai berikut:
a) Realita, yakni tentang kenyataan yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran, akan muncul bila orang telah mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata. Realita dan kenyataan dibagi oleh metafisika.
b) Hakikat pengetahuan, cara memperoleh, dan menangkap pengetahuan, serta jenis-jenis pengetahuan yang di bagi oleh epistemologi.
c) Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut aksiologi. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya, misalnya nilai yang bagaimana yang diingini manusia sebagai dasar hidupnya.
d) Problem yang berhubungan dengan masalah hubungan yang benar dan tepat anatara gagasan atau ide yang telah dimiliki manusia yang dipelajari atau dibagi oleh logika.
Menurut Barnadib, dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang di atas. Lebuh penting lagi menurut beliau bahwa dalam menyelengggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Ebgitu juga halnya dengan keberadaan epistemologi, aksiologi, dan logika dalam dunia pendidikan tentunya memberikan kontribusi yang besar.
Demikianlah hubungan antara filsafat dan pendidikan. Dikarenakan adanya hubungan yang erat tersebutlah maka filsafat pendidikan lahir pada abad ke-19 berdasarkan pertimabangan alasan dengan dasar-dasar alasan (asumsi dasar) yang telah teruji.
C. Fungsi Filsafat Terhadap Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa antara filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat. Filsafat membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan. Hal itu disebabkan karena tidak semua masalah pendidikan bisa dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata. Banyak di antara masalah-masalah pendidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Problem-problem itu seperti apa hakikat pendidikan it? apakah pendidikan itu berguna untuk membian kepribadian manusi? apa tujuan pendidikan? siapa yang berta bertanggung jawab dalam pendidikan dan sampai di mana tanggung jawab itu? apa hakikat pribadi manusia itu dan manakah yang utama untuk didik? Apa isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal? Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal? Dan bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik?
Semua pertanyaan diatas merupakan problem pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usah pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Di sinilah analisa filsafat berfungsi memecahkan masalah masalah diatas melalui berbagai pendekatan yang sesuai. Di antara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain sebagai berikut:
1) Pendekatan secara spekulatif (spekulatif approach), yakni teknik pendekatan berupa memikirkan, mempertimbangkan, dan menggambarkan tentang suatu objek untuk mencari hakikat sebenarnya.
2) Pendekatan normatif (normative approach), yakni teknik pendekatan berupa usaha untuk memahami nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma tersebut dengan pendidikan.
3) Pendekatan analisa konsep (kconseptual anlysis), yakni teknik pendekatan melalui usaha memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik, dan orang-orang yang menaruh minat terhadap pendidikan dengan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
4) Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang aktual (scientific analysis of current life), yakni teknik pendekatan dengan cara mendeskripsikan dan kemudian memahami permasalahan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proes pendidikan serta aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pendidikan.
Selain itu, dalam hubungannya dengan teori pendidikan, Drs. Prasetya (2002: 151) menyebutkan fungsi filsafat terhadap teori pendidikan sebagai berikut:
5) Filsafat, dalam arti analisa filsafat berfungsi sebagai salah satu cara yang digunakan oleh ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Adannya berbagai aliran filsafat tentu akan memberikan corak terhadap teori pendidikan yang dikembangakan oleh ahli pendidikan atas dasar aliaran filsafat tersebut.
6) Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangakan oleh ahlinya mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.
7) Filsafat berfungsi memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada dogma, tradisi, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan sedangkan pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
2. Antara filsafat dan pendidikan terdapat hungan horisontal, meluas ke samping, yaitu hubungan anatara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan sintesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problem-problem pendidikan dan pengajaran.
3. Fungsi filsafat terhadap pendidikan adalah sebagai alat batu dalam memecahkan problem-problem pendidikan yang bersifat filosofis dengan menggunakan pendekatan yang sesuai seperti pendekatan secara spekulatif, pendekatan normatif, pendekatan analisa konsep, dan analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang aktual. Selain itu, dalam hubungannya dengan teori pendidikan filsafat juga berfungsi sebagai salah satu cara yang digunakan oleh ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangakan oleh ahlinya mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, dan memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi. tt. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama
Prasetya. 2002. Filasafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis. tt. Bandung: Rosdakarya
Saifullah, Ali. tt. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
No comments:
Post a Comment