Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Wednesday, December 7, 2011

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Sudah beberapa abad lalu para ilmuwan dan para pemikir memperhatikan seluk- beluk kehidupan anak, khususnya dari segi perkembangannya, untuk mempengaruhi berbagai proses perkembangan, mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang didambakan. Anak harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sanggup dan mampu mengurus dirinya sendiri, dan tidak selalu bergantung pada orang lain, atau bahkan menimbulkan masalah bagi keluaga , kelompok, atau masyarakat.
Sejak abad pertengahan, aspek moral dan pendidikan keagamaan, menjadi pusat perhatian dan menjadi tujuan umum dari pendidikan. Pandangan terhadap anak sebagai pribadi yang masih murni, jauh dari unsur-unsur yang mendorong anak pada perbuatan perbuatan yang tergolong dosa dan amoral. Banyak dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas keagamaan. Para tokoh agama dan kaum cendikiawan tentang masalah kemanusiaan, banyak mendorong dan mempengaruhi orang tua untuk memperlakukan anak secara berbeda dengan orang dewasa. Para teolog, dokter, filsuf, dan ahli pendidikan memberikan pandangan mengenai anak dan latar belakang perkembangannya, serta pengaruh-pengaruh keturunan dan lingkungan hidup terhadap kejiwaan anak.
Di antara pandangan yang diberikan para ahli tersebut terdapat perbedaan. Arthur Shopenhauer, seorang filosof Jerman, mengemukakan bahwa pembawaan merupakan faktor mutlak yang mempengaruhi perkembangan. Selanjutnya, memasuki akhir abad ke-17,seorang filsuf Inggris bernama John Locke mengemukakan pendapat yang sebaliknya bahwa faktor lingkunganlah yang merupakan faktor mutlak yang mempengaruhi perkembangan. Kedua pendapat ini kemudian ditengahi oleh William Stren, seorang filsuf dan psikolog Jerman, yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh kedua faktor tersebut.
Telah sekian lama para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi, dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: sebetulnya perkembangan anak itu bergantung  pembawaan ataukah pada lingkungan? Atau dengan kata lain , dalam perkembangan anak hingga dewasa, faktor yang menentukan itu, yang dibawa dari keturunan ataukah pada lingkungan? 
Pertanyaan di atas menarik sekali bagi penulis untuk menjawabnya. Dalam paper inilah penulis tertarik untuk menjelaskan hal tersebut sehingga  paper ini penulis beri judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK”. Dari latar belakang tersebut penulis mengemukakan  beberapa alasan sehubungan dengan judul di atas, yaitu sebagai berikut:
1.      Penulis merupakan mahasiswa fakultas Tarbiyah, karena itu sangat penting bagi penulis untuk mengetahui mengenai perkembangan anak dan faktor yang mempengaruhinya sebagai bekal ke depan untuk menjadi pendidik.
2.      Pengetahuan akan faktor perkembangan anak akan sangat membantu bagi kita semua dalam mengetahui bagaimana sebaiknya pendidikan diberikan kepada anak.
1.2.  Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang penulis ambil, maka untuk mendapatkan gambaran yang jelas, penulis perlu merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari perkembangan?
2.      Sebutkan teori-teori tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan!
3.      Apa saja faktor perkembangan itu dan apa pengaruhnya terhadap perkembangan anak?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1.      Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah psikologi umum.
2.      Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode Library Reseach (penelitian perpustakaan) yaitu melalui membaca dan menelaah buku-buku atau bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah yang penulis bahas.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan paper ini, maka perlu dibuat sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang memuat tentang pengertian perkembangan, teori-teori tentang faktor yang mempengaruhi prkembangan anak, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
Bab III yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
             Pengertian Perkembangan Anak
Secara faktual menurut Lefrancois (dalam Abin Syamsuddin Makmun, 2001:81) bahwa perkembangan bukan dimulai sejak kelahiran seseorang dari rahim ibunya, melainkan sejak terjadinya konsepsi, yaitu saat berlangsungnya pembuahan atau perkawinan ( pertemuan sperma dan sel telur atau ovum) yang menghasilkan benih  manusiae (zygote) yang kemudian berkembang menjadi organisme atau janin (embryo) sebagai calon (prototype) manusia yang dikenal sebagai fetus (bayi dalam kandungan). Hal ini menjelasakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang telah terjadi sejak awal terciptanya individu dan akan terus berlangsung hingga akhir hayatnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan perkembangan? Berikut ini beberapa pengertian perkembangan, yakni: 
  1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Umi Chulsum dan Windy Novia, 2006 : 362 ) perkembangan adalah menjadi bertambah sempurna ( tentang pribadi, watak, pengetahuan, dan sebagainya).
  2. Menurut Kamus Lengkap Psikologi ( J.P. Chaplin, 2004: 134) perkembangan adalah kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.  
  3. Menurut Kartini Kartono seperti yang dikutip oleh Alex Sobur ( 2003:128 ) perkembangan adalah perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan dari fungsi-fungsi psikis dan fisis pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan.
  4. Bijou dan Baer ( dalam Sunarto dan B. Agung Hartono, 2002:39 ) mengemukakan perkembangan adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme bertingkah laku dan berinterkasi dengan lingkungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa perkembangan merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju arah yang lebih maju dan sempurna. Beberapa ahli psikologi yang membedakan antara istilah pertumbuhan dan perkembangan menambahkan bahwa perkembangan lebih mencerminkan kepada sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologi yang tampak. Jadi, sebagaimana yang dikemukakan Drs. Saiful Bahri Djamarah, M.Ag dalam buku beliau Psikologi Belajar (2008:121), perkembangan dapat dirumuskan pengertiannya sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi  kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
             Teori-Teori Mengenai Faktor yang Mempengruhi Perkembangan
Secara umum perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh faktor endogen (dalam) dan faktor eksogen (luar). Tentang faktor  mana yang lebih kuat antara keduanya, tiap golongan atau faham, masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Hal ini menurut Agus Sujanto (1996:40) adalah karena pendapat masing-masing berdasar keyakinan belum berdasar penelitian yang mendalam atau ilmiah. Ada tiga aliran yang memberikan teori mereka masing-masing mengenai faktor-faktor yang mempengruhi perkembangan yaitu: aliran nativisme, aliran naturalisme, aliran empirisme, aliran predestinasi, dan aliran konvergensi. Secara lebih rinci pendapat masing-masing aliran akan diuraikan sebagai berikut.
                                          Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus, yang berarti pembawaan ( Amien Dien Indrakusuma, 1973:82). Berdasarkan pengertian ini dapat kita ketahui bahwa Nativisme merupakan aliran yang berpandangan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan adalah pembawaan manusia itu sendiri. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Shopenhauer, seorang filosof Jerman  Dalam bukunya, Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah (1992:42) menyebutkan bahwa Nativisme (nativism) merupakan aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaanya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Anak terlahir dengan membawa sifat pembawaannya masing-masing dan akan berkembang sesuai dengan sifat pembawaan tersebut.
Dicontohkannya, ada seorang ibu yang melahirkan anaknya di tengah hutan, tetapi si ibu tersebut meninggal dunia seketika. Bayi tersebut kemudian dipelihara oleh seekor srigala, yang mengurus, memberi makan, dan lain-lain. Pengurusan itu dapat diartikan sebagai suatu pendidikan (lingkungan) yang berpengaruh kepada anak manusia tersebut. Kita tahu bahwa serigala hanya dapat berjalan dengan menggunakan keempat kakinya. Akan tetapi, kemudian sang serigala induk angkat itu merasa aneh ketika mengenai anak peliharaannya, dapat berjalan dengan menggunakan dua kakinya saja. Padahal ia memberi contoh kepadanya dengan empat kaki. Berdasarkan contoh ini menurut Aliran Nativisme, pendidikan itu tak ada gunanya sama sekali. Dengan demikian, menurut mereka, anak manusia itu tidak perlu untuk diberi pendidikan, karena baik atau buruknya anak tersebut sudah ditentukan oleh pembawaanya sejak lahir.
Teori mereka memang ada benarnya, namun jika kita berpikir secara lebih kritis lagi, apakah benar anggapan mereka bahwa pembawaan itu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak sehingga pendidikan tidak diperlukan lagi. Ambillah contoh sebagaimana yang diberikan oleh Muhibbin Syah (1997:44) tentang sepasang suami-istri yang memiliki keistimewaan di bidang politik, berdasarkan teori Nativisme tentu anak tersebut akan menjadi seorang politikus pula. Namun, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikan tidak menunjang, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tidak akan menjadi seorang politisi tetapi petani. Contoh ini memberikan gambaran bahwa teori aliran Nativisme ini juga tak dapat terus dipertahankan kebenarannya. Meskipun demikian, faham aliran ini hinnga kini masih berpengaruh dibeberapa kaum ahli, tetapi tidak semutlak dulu lagi. Diantara para ahli tersebut adalah Noam A. Chomsky seorang ahli linguistic yang berpendapat bahwa perkembangan penguasaan bahasa tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecendurangan biologis) yang dibawa sejak lahir.
2.4.2.      Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran ini memiliki pendapat hampir sama dengan aliran Nativisme. Menurut mereka, anak itu lahir dengan “nature”nya sendiri-sendiri, dengan “sifat-sifat”nya sendiri, sesuai dengan “alam”nya sendiri. Pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negatif, yang hanya akan merusak saja. Aliran ini terkenal dengan ucapan Rouseau: “ Manusia adalah baik waktu dilahirkan, tapi manusia menjadi rusak karena masyarakat” (Amien Dien Indrakusuma, 1973:84).
Aliran ini disebut juga dengan aliran negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Hal ini bertujuan agar pembawaan anak yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses pendidikan itu. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangankan pembawaanya, kemampuan-kemampuanya, dan kecenderungan-kecenderungannya  ( Umar Tirtaraharja dan S. Lila Sulo, 2005:107-108).
2..4.3   Aliran Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa hal yang paling berperan adalah factor lingkungnnya atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil (Ngalim Purwanto,1998:14). Aliran yang pendapatnya berlawanan dengan aliran Nativisme ini dipimpin oleh John Locke. Berdasarkan kamus “The Penguin Dictionary of Psychology” yang dikutip oleh Alex Sobur (2003:148) nama asli dari aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Meskipun berasal dari Inggris, akan tetapi aliran ini lebih berpengaruh pada pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalism” (aliran lingkungan) dan aliran psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan).
Doktrin aliran empirisme yang termahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah Bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank state/blank tablet). Teori ini dikemukakan oleh John Locke untuk menekankan  arti penting lingkungan, pengalaman dan pendidikan  dalam pengaruhnya terhadap perkembangan manusia. Anak dilukiskan ibarat lembaran putih kosong sejak lahirnya, yang mewarnai dan memberi rangsangan-rangsangan selanjutnya adalah lingkungan terutama sekali orang tua. Jadi menurut mereka perkembangan itu semata-mata tergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya,  sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengarunhya ( Muhibbin Syah, 1997:44). Mereka memberikan contoh berupa seorang siswa yang memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik tentu kemudian akan menjadi seorang politisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia takkan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati. Dalam pendidikan pendapat kaum Empiris ini terkenal dengan optimisme peadagois (Alex Sobur, 2003:148).
Memang tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan dan masa depan anak sebagaimana menurut faham aliran empirisme. Namun, teori aliran ini tetap memiliki kelemahan yakni terlalu menitikberatkan pada faktor lingkungan dan mengabaikan faktor pembawaan. Sependapat dengan Sumadi Suryabrata (2004:179) bahwa jika teori ini seluruhnya benar maka kita akan dapat menciptakan manyediakan manusia ideal sebagaimana yang kita cita-citakan asalkan kita dapat menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa ada saja beberapa anak yang orang tuanya kaya atau pandai, mengecewakan atau kurang berhasil dalam belajar padahal mereka telah diberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung. Sebaliknya ada saja anak yang berasal dari  keluarga kurang  mampu namun sangat berhasil dalam belajar dan mencapai masa depannya walaupun fasilitas yang mereka dapatkan sangat jauh dari mencukupi . Kenyataan ini menjadikan    teori aliran empirisme juga tidak tahan uji.
2.2.3        Aliran Predestinasi atau Predeterminasi
Destiny berarti nasib dan determination berarti penentuan  (John M. Echols dan Hassan Shadly, 2005:178). Aliran Predestinasi atau Predeterminasi berpendapat bahwa perkembangan anak itu telah diramalkan atau ditentukan sebelumnya , yaitu oleh “nasib”nya atau pembawaanya masing-masing (Amir Dien Indra Kusuma, 1973:84).
2.2.4.      Aliran Konvergensi
Aliran ini disebut juga sebagai aliran persesuaian karena merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme. Tokoh utama aliran ini adalah William Stern, seorang ahli psikologi bangsa Jerman. Menurutnya pembawaan dan lingkungan keduanya menentukan perkembangan manusia (Ngalim Purwanto, 1998:15).
Stern dan para pengikutnya meyakini bahwa kedua faktor, yakni pembawaan dan lingkungan, saling memberikan pengaruh terhadap perkembngan manusia. Faktor  pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor lingkungan. Pendapat Stern ini berdasarkan penyelidikannya sendiri terhadap anak-anak kembar di Hamburg.  Dilihat dari segi faktor genetik anak kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat dikatakan sama. Anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya. Pemisahan itu segera dilaksanakan setelah kelahiran. Maka ternyata anak itu memiliki sifat-sifat berbeda satu dengan yang lain, sekalipun secara keturunan mereka dapat dikatakan relatif memiliki kesamaan. Perbedaan sifat tersebut disebabkan karena pengaruh lingkungan di mana anak tersebut berada. Dengan keadaan ini dapat dikatakan bahwa faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak, pembawaan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang (Abu Ahmadi, 2003:197).
Dari berbagai macam teori perkembangan seperti yang tersebut diatas, teori yang dikemukakan oleh W. Stern-lah yang banyak diterima oleh para ahli pada umumnya sehingga teori aliran konvergensi ini merupakan salah satu hukum perkembangan individu di samping adanya hukum perkembangan yang lain. Meskipun demikian, sebagaimana teori perkembangan lain, teori ini juga memiliki kelemahan yakni belum bisa menentukan faktor mana yang memiliki peranan paling besar dalam perkembangan anak. Selain ketiga teori diatas, tak salah kiranya jika penulis juga menyebutkan Teori Trikon yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau (dalam Hafi Anshari, 1993:46) ada tiga hal yang mesti ada agar suatu proses pendidikan dalam membina perkembangan anak bisa berhasil, yakni:
1.               Konvergensi  yang berarti akan berhasil baik bila ada perpaduan antara faktor ajar (faktor endogen/luar) dan faktor dasar (faktor eksogen/dalam).
2.               Kontinou yang berarti pendidikan adalah usaha melanjutkan kelangsungan hidup manusia.
3.               Konsentris yang berarti pendidikan akan berhasil baik bila berpusat pada kepada kebudayaan bangsanya sendiri.
Dengan mengetahui teori-teori ini maka kita sebagai orang tua atau pendidik akan memahami dan berhati-hati dalam memberikan pengaruh maupun memberi bahan pengaruh itu.
2.3.            Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Ada dua faktor yang dominan mempengaruhi proses perkembangan anak yaitu faktor endogen berupa pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah dan faktor eksogen berupa pengalaman-pengalaman, pendidikan, dan lingkungan (environment) yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.
2.3.1        Faktor Endogen
 Faktor endogen ialah faktor ialah sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor pembawaan atau keturunan yang disebut oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Agus Sunarto, 1996:240) sebagai faktor dasar.  Dalam buku Himpunan Istilah Psikologi (M.Noor HS, 1997:132), pembawaan diartikan sebagai rohani dan jasmani yang dimiliki seseorang berdasarkan keturunan orang tua..
Manusia memiliki beberapa macam pembawaan yang disebutkan oleh Ngalim Purwanto (1998:22-25) sebagi berikut, yaitu:
1.            Pembawaan jenis, yakni setiap manusia diwaktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis yaitu jenis manusia dengan ciri-ciri khasnya yang membedakan dengan makhluk lainya.
2.            Pembawaan ras.
3.            Pembawaan jenis kelamin.
4.            Pembawaan perseorangan berupa watak, intelegensi, sifat-sifat, dan sebagainya yang merupakan ciri khas orang tersebut.
Beberapa macam pembawaan di atas yang paling banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis, dan pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan tersebut dapat dikatakan sangat sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi pada pembawaan perseorangan, pengaruh lingkungan adalah penting. Banyak sifat-sifat pembawaan perseorangan yang dalam perkembangannya lebih ditentukan oleh lingkungannya. Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam perkembangannya ditentukan oleh  pembawaan keturunan antara lain ialah:
1.            Konstitusi tubuh, termasuk di dalamnya motorik seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan bicara. Kretschmer mengemukakan (dalam Ngalim Purwanto, 1998:26-27) dalam bukunya Korperbau und Character menyatakan bahwa antara bentuk tubuh dan watak seseorang terdapat korelasi yang tertentu. Sehingga ia berpendapat bahwa watak seseorang antara lain ditentukan oleh pula oleh bentuk tubuhnya.
2.            Cara bekerjannya alat-alat indera. Ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu (misalnya jenis makanan tertentu), mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya.
3.            Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar. Ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama, tidak lekas dilupakan dan ada yang sebaliknya. Ada yang mudah mengingat (mereproduksikan kesan-kesan) kapan saja dan di mana saja, tetapi juga yang sukar mengingat sesuatu jika tidak pada waktu dan situasi tertentu. Sifat ingatan yang dimiliki seseorang mempengaruhi tingkat kesanggupan belajarnya.
4.            Tipe perhatian, intelegensi, dan tipe intelegensi. Tiap anak memiliki tipe perhatian tertentu yang dibawanya sejak lahir, ada yang perhatiannya terhadap sesuatu dalam waktu yang relatif lama dan ada yang perhatianya selalu berpindah-pindah ke beberapa objek. Demikian pula dengan intelegensi yang sebagian besar tergantung pada dasar dan turunan, setiap anak memiliki tingkatan intelegensi yang berbeda-beda.
5.            Cara-cara berlangsungnya emosi yang khas. Dalam psikologi hal ini sering disebut temperamen, yakni cepat atau lambatnya bereaksi terhadap sesuatu dengan keras atau tenang, cara timbulnya perasaan atau pikiran, dan sebagainya.
Jadi, Faktor pembawaan menjadikan tiap-tiap anak berbeda antara satu dengan lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan Woodworth yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1998:27) : “individual differences are found in all; psychological characteristics, physical abilities, knowledge, habits, personality, and character traits” ( perbedaan individu ditemukan dalam semua hal; karakter psikologi, kemampuan fisik, kemampuan mental, pengetahuan, kebiasaan, kepribadian, dan sifat pembawaan).
2.3.2.      Faktor Eksogen
Faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari luar diri individu berupa lingkungan/alam sekitar, pengalaman-penglaman, dan pendidikan dan sebagainya yang sering dikemukakan dengan pengertian milieu (Abu Ahmadi, 2003: 200).   
Pengertian lingkungan menurut Sartain, seorang ahli psikologi Amerika,  (dalam Ngalim Purwanto, 1998:28) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, atau life prosess kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain. Menurut Sartain lingkungan itu dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1.            Lingkungan alam/luar (external atau physical environment), yaitu segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia seperti rumah, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
2.            Lingkungan dalam ( internal environment), yaitu segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam.
3.            Lingkungan sosial/masyaralkat (social environment), yaitu semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Dalam bukunya Psikologi Umum Abu Ahmadi (2003:201) membagi lingkungan sosial ini  menjadi dua, yakni:
a.             Lingkungan sosial primer, yaitu social di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lain karena mereka sudah saling kenal.
b.            Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan antaranggotanya agak longgar.
Pengaruh lingkungan sifatnya tidak memaksa (bersifat pasif) akan tetapi memberikan peranan yang besar dalam individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan kesempatan kepada individu untuk berkembang. Lingkungan memberiakan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Di samping itu lingkungan memberikan pengaruh dan dorongan. Secara lebih spesifik dalam Psikologi Pendidikan oleh Dalyono (2001:130) lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak , sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul dan bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora, dan faunanya.
 Dalyono (2001:130-131) menjelaskan bahwa keluarga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Tingkat ekonomi keluarga berpengaruh terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua berpengaru terhadap  perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Sekolah berperan dalam berperan dalam meningkatkan pola pikir anak. Masyarakat berperan dalam membentuk pola pikir  anak. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif di banding dengan anak desa yang sikapnya lamban dan statis. Keadaan alam sekitar pun memberikan pengaruh berupa pola kejiwaan yang berbeda  antara anak di desa, kota, desa terpencil atau dekat ke kota. Anak desa lebih senang lebih senang terhadap keadaan yang tenang atau sepi, sedangkan anak kota menginginkan keadaan yang ramai.
Selanjutnya, pendidkan memberikan pengaruh berupa mengembangkan potensi-potensi atau bakat yang ada pada anak sesuai dengan tujuan pendidikan. Sementara  pengalaman-pengalaman yang pernah didapat oleh anak atau individu pun juga mempengaruhi perkemangan ank terutama dalam pembentukan kepribadian. Pengalaman demi pengalaman yang dilalui oleh setiap individu atau anak dalam tiap tingkatan perkembangannya menjadikan tiap individu memiliki sikap yang berbeda dalam memandang apa yang diterima/dihadapi.
Demikianlah pengaruh faktor endogen berupa faktor  pembawaan dan faktor eksogen berupa lingkungan, pendidikan, dan pengalaman-pengalaman terhadap perkembangan anak. Kedua factor tersebut sama-sama memberikan peranan penting bagi perkembangan individu bahkan menurut Dalyono (2001:144-147) sangat mungkin adanya pengaruh keturunan (heraditas) dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Hubungan dan pengaruh itu adalah:
1.            Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik. Heraditas memberikan pengaruh berupa tinggi, bentuk, kerangka dan strukktur badan. Segenap pengaruh heraditas itu bisa saja diganggu oleh lingkungan yang abnormal. Terlebih lagi kesehatan jasmaniah dan kehidupan itu sendiri tergantung pada baik tidaknya pemeliharaan. Karena itu, pemeliharaan kesehatan, pemenuhan hizi dan vitamin dalah penting. Kelemahan dan kekurangan kondisi lingkungan sangat menggangu pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2.            Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental. Heraditas memberikan pengaruh dalam menentukan kapasitas mental dan potensi yang dimiliki anak. Untuk mengembangkan kapasitas mental dan potensi yang diharapkan maka diperlukanlah lingkungan yang baik.
3.            Dalam bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian. Manusia dilahirkan dengan struktur jasmaniah seperti sistem, syaraf, kelenjar-kelenjar, dan organ-organ yang semua itu menentukan stabilitas emosi serta membedakan kapasitas mental, maka dua hal ini banyak dipengaruhi oleh heraditas. Selanjutnya, lingkungan juga bisa mempengaruhi misalnya anak-anak yang berasal dari lingkungan rumah sehat dengan suasana penuh kasih saying dan penuh dorongan bagi mereka, maka besar kemungkinan anak-anak itu akan memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik. Sebaliknya, anak-anak yang berada dalam lingkungan-lingkungan yang protektif dan membatasi tingkah laku mereka, maka akan lebih cenderung mengidap penyakit mental dan emosional.
4.            Dalam hal sikap-sikap, keyakinan, dan nilai-nilai. Posisi dan pandangan hidup sangat banyak bergantung kepada kapasitas-kapasitas pribadi yang dalam batas tertentu adalah diwariskan. Sikap, keyakinan, dan nilai-nilai dipengaruhi oleh posisi atau pandangan hidup seseorang. Karena itu, secara tidak langsung sikap, keyakinan, dan nilai-nilai dipengaruhi oleh heraditas. Sementara itu, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai tersebut juga kebanyakan berkembang dari kultur di mana seseorang dilahirkan, yang kemudian dipengaruhi oleh ego, pribadi, dan belajar. Karena itu, lingkungan ikut membentuk sikap, keyakinan, dan nilai-nilai pada individu.   

 Berdasakan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa adalah benar faktor pembawaan berpengaruh terhadap perkembangan, demikian pula dengan faktor lingkungan, namun yang harus digarisbawahi adalah bahwa kedua faktor tersebut memberikan peranan pentingnya masing-masing bahkan sangat mungkin memiliki hubungan memiliki hubungan timbal balik seperti yang dikemukakan Dalyono. Akan kurang tepat kiranya jika hanya satu faktor saja yang berpengaruh mutlak dan mengabaikan faktor lainnya. Jadi, berkenaan dengan factor yang mempengaruhi perkembangan dapat kita simpulkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1998:16) bahwa jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun-menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan   dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat-sifat.


BAB III
PENUTUP
                                              Kesimpulan
Berdasakan uraian-uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Perkembangan adalah perubahan kualitatif dari setip fungsi kepribadian sebagai akibat dari pertumbuhan dan belajar.
2.      Sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan terjadi perbedaan pendapat yang melahirkan aliran-aliran dengan teori mereka masing-masing. Aliran-aliran tersebut ialah:
a.       Aliran Nativisme yang berpandangan bahwa pembawaan berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak sehingga pendidikan dianggap tidak diperlukan.
b.      Aliran Naturalisme yang berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan memberikan pengaruh negatif, biarkan anak tumbuh dan berkembang bersama alam agar pembawaan anak yang bersifat baik itu tidak rusak oeh campur tangan manusia. Aliran ini juga menitikberatkan pada factor pembawaan.
c.       Aliran Empirisme yang menurut mereka faktor yang berpengaruh mutlak adalah lingkungan. Dengan teori “tabula rasa” mereka beranggapan bahwa yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah  semata-mata lingkungan dan pengalaman pendidikan.
d.      Aliran Presditinasi atau Pretedeterminasi yang menyatakan bahwa perkembangan anak itu telah diramalkan atau ditentukan sebelumnya , yaitu oleh “nasib”nya atau pembawaanya masing-masing.
e.       Aliran konvergensi/aliran persesuaian yang menggabungkan pendapat kaum nativisme dan empirisme. Kaum ini berpendapat bahwa  pembawaan dan lingkungan keduanya menentukan perkembangan manusia.
  1. Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu faktor endogen atau faktor pembawaan dan faktor eksogen  atau faktor lingkungan yang juga meliputi pengalaman-pengalaman dan pendidikan. Kedua faktor tersebut memberikan peranan penting terhadap perkembangan anak bahkan  sangat mungkin memiliki hubungan saling mempengaruhi.
                                            Saran-Saran
Sebagai saran yang bisa penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1.      Orang tua dan keluarga sebagai bagian dari lingkungan yang sangat dekat dengan anak sudah semestinya memahami dan mengetahui bahwa anak memiliki pembawaaan/potensiny masing-masing yang harus diarahkan dan dikembangkan.
2.      Para pendidik harus memahami pembawaan khas yang dimiliki oeh masing-masing anak sehingga dapat mengetahui bagaimana cara mendidik agar tiap anak yang meskipun berbeda tetap bisa menerima pelajaran secara maksimal.
3.      Masyarakat sebagai bagian dari faktor lingkungan semestinya menciptakan kondisi dan suasana lingkungan yang baik sehingga bisa mendukung perkembangan anak ke arah yang baik pula.
                                        

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Anshari, Hafi. 1993. Bakat dan Lingkungan dalam Proses Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaplin, J.P. 2004.. Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Chulsum, Umi dan Windy Novia. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

Dalyono, M. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Echols ,John M. dan Hassan Shadly. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
HS, M. Noor. 1997. Himpunan Istilah Psikologi. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan.  Bandung: Remaja Rosdakarya.
Subor, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, Suamadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tirtaraharja, Umar dan S. Lila Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment