Menapaki Jejak
Pendakwah Kalsel
Dari Sekumpul hingga
Kalampayan
Memang sudah
diniatkan, saya mau ziarah ke makam Syekh Muhammad Asyad Albanjari, di
Kelampayan, setelah selesai skripsi. Dan waktu itu datang. Manisnya, waktu itu,
teman saya Ahyaruddin mengajak saya buat jalan-jalan ziarah. Tak disia-siakan
langsung saja saya iyakan.
Waktu itu kami
berempat, dengan mengendarai dua buah sepeda
motor kami berangkat sekitar pukul sepuluh pagi dari Banjarmasin. Sampai
ditujuan pertama, kami berkunjung ke Sekumpul. Disana kami ziarah ke makam Al-Allamah
K.H Zaini Abdul Ghani. Entah kenapa tempat ini selalu memanggil, rasanya sudah
ketiga kalinya di tahun ini (2011) saya berkunjung ke makam beliau.
Selesai dari
sekumpul kami beranjak ke makam ayah dari Guru Sekumpul. Saya baru kali ini ke
tempat ini. Seperti Sekumpul, kampung Keraton juga begitu teduh. Saya baru tahu
bahwa ada makam orang shaleh di sini.
Perjalanan
lanjut ke makam guru selanjutnya, seorang pendiri pondok pesantren Darussalam,
Martapura. Malang tak bisa ditolak, ban kendaraan saya bocor. Kami harus
berhenti sejenak di suatu kampung yang entah apa namanya.
Tiga puluh menit
berlalu, kami pun bisa melanjutkan perjalanan. Kali ini kami langsung ke
Kalampayan karena teman saya sudah duluan di sana. Hampir tiga tahun rasanya
tidak pernah menjenguk Kalampayan lagi dan suasana masih tetap sama. Mungkin
jumlah pengemis memang tidak sebanyak dulu namun tetap ada. Heran juga
sebenarnya, mengapa mereka merelakan diri berpanas-panas, berdiri berjejer
pinggir jalan untuk meminta-minta dari pada bekerja. Bahkan, mereka mengacuhkan
anak-anak mereka yang juga meminta-minta hingga bergelantungan di mobil-mobil
pengunjung. Hhhhh…potret negeriku.
Selesai dari
Kalampayan kami ziarah ke makam Ayah dari Syekh Arsyad Albanjari yang terletak
tidak jauh dari sana.
Dalam perjalanan
pulang, Ahyar masih sempat mengajak mampir ke beberapa kubah guru lagi, seperti
Kubah Guru Syahrani Arif dan kubah guru yang tidak sempat kami singgahi tadi.
Waktu sampai di
kota Martapura, kira-kira ba’da Ashar, kami singgah kembali ke Sekumpul sekadar
membeli sesuatu dan mencicipi pentol di sana. Hmm…enak.
Terakhir,
perjalanan religi ini ditutup dengan menyinggahi makam guru-guru di Tunggul
Irang, kalau tidak salah ingat ya nama kampungnya itu, yang juga merupakan
tanah kelahiran guru Sekumpul.
Sekitar jam 5,
kami mampir dulu ke pasar Martapura buat membeli kitab. Mendapatkan apa yang
diinginkan, kami meneruskan perjalanan menuju Banjarmasin.
Puas rasanya seharian
dalam perjalanan kali ini. Semoga, spirit para pendakwah kalsel tersebut bisa
mengaliri darah-darah kami agar selalu istiqamah di jalan Allah. Doakan kami
wahai Guru-Guru.
banjir kh kelampaian?
ReplyDeleteKada...cuma memang banyu naik, foto terakhir di Tunggul Irang,lain kalampayan.
ReplyDelete