Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Saturday, June 22, 2013

Jalan-Jalan ke Jogja



Trio RRI Went to Jogja

Siapa itu Trio RRI?
            Jangan berpikir bahwa mereka adalah saingan trio macan, boyband terbaru, atau tiga penyiar Radio Republik Indonesia. Bukan sama sekali. RRI di sini merupakan singkatan yang diambil dari inisial nama kami masing-masing. Mari kenal lebih dekat dengan mereka.
1.      Raka, gak ada kata yang tepat buat mewakilkan dia kecuali “Pak Beyenya kelas B.”

 
2.      Ronald, hantu foto paling narsis di antara kami bertiga.
 
3.      Iyan, Just a simple and humble blogger and traveler.
Deskripsi tentang kami mungkin tidak terlalu jelas karena memang bukan itu tujuan tulisan kali ini. Ini hanyalah sebuah review tentang perjalanan 3 hari 2 malam Trio RRI menyusuri kota Yogyakarta. Selamat menikmati.

Dari sini semua berawal
            Berawal dari sebuah posting teman di sebuah media sosial bahwa pada tanggal 14-18 akan ada Borobudur International Festival (BIF). Setelah menelusuri info dari internet, sepertinya akan menarik jika pada tanggal-tanggal tersebut berlibur ke Jogja dengan Borobudur sebagai salah satu destinasi. Dari sekian orang yang diajak, Ronald dan Raka lah yang akhirnya mau dan bisa bergabung dalam penjelajahan kali ini.
Awalnya keberangkatan dijadwalkan pada tanggal tanggal 16 Juni 2013 agar kami bisa menghadiri acara penutupan BIF. Namun sayang, kereta yang kami akan tumpangi berangkat pada minggu pukul 8 pagi. So, tanggal ini gak mungkin kita pilih karena itu adalah waktu ibadah bagi teman saya. Akhirnya, 17 Juni 2013 disepakati sebagai tanggal keberangkatan. Kami berangkat menggunakan kereta Malioboro Express, kelas bisnis, dengan harga tiket 80 ribu/orang. Saya dan Ronald berangkat bareng dari stasiun Malang sementara Raka dari stasiun Kediri. Meski demikian nomor gerbong dan kursi kereta kami masih berdekatan.
Ini adalah pengalaman pertama saya naik kereta. Karena itu, momen ini wajib diabadikan.
 Sms dulu: "Mak, anakmu akhirnya naik kereta......"

Hari Pertama
`           Kami sampai pada pukul 15.25 WIB, sesuai jadwal kereta, di stasiun Tugu, Yogyakarta. Well, akhirnya sampai juga…
Dalam perjalanan mencari penginapan
 
            This is our first experience, except for Raka, and we don’t have any clue about how Jogja is. So, untuk menuju ke penginapan, kami bertanya dan mempercayai petunjuk jalan. Beruntungnya penginapan yang di sewa dekat  sehingga tidak terlalu susah untuk menemukannya. Kami menginap di penginapan Happy, Jl. Sosrokusuman di sebuah gang persis di samping kiri Mall Malioboro. Harga perhari sebesar Rp 90 ribu/kamar. Fasilitas yang bisa didapat adalah fan antik (bukan karena desainnya tapi karena umurnya), 2 buah bed (satu bed untuk satu orang dan satunya muat berdua) serta kamar mandi dalam. Penginapan ini sudah dibooking lebih dulu oleh teman kami, Mbak Rini, anak UGM yang juga sekaligus menjadi guide kami di sini.                
                                                                                                                   
Fasilitas Penginapan (Laptop gak termasuk).

            Setibanya di penginapan kami rehat sejenak hingga menjelang maghrib. Sekitar pukul 18.30, Rini datang dan mengajak kami ke rute pertama: keliling Malioboro.
            Malioboro, sebenarnya hanyalah sebuah jalan yang dipenuhi pedagang batik di satu sisi jalannya dan makanan di sisi lainnya. Tak ubahnya seperti pasar Sudimampir di Banjarmasin atau pasar Besar di Malang. So, kenapa begitu terkenal? Entahlah.Tapi harus diakui kalau jalan ini semakin malam memang semakin ramai.
Sewaktu pagi, Malioboro sepi
            Kami berjalan terus hingga sampai di Jl. Mangkubumi dan menikmati nasi kucing. Salah satu makanan yang cukup dikenal di sana. Sewaktu makan, banyak hal yang kami diskusikan dengan Rini, mulai dari all about Jogja hingga bagaimana cara kami agar bisa ke Borobudur besok pagi. Alternatif semula adalah meminjam sepeda motor temannya Rini, namun karena sedang dipakai, maka rencana ini gagal. Kami menjalankan opsi kedua yaitu mencari penyewaan motor. Motor dirasakan lebih efektif ketimbang naik bus antarterminal. Selain bisa mengekplorasi lebih jauh, motor juga lebih hemat waktu. Setelah ditanyakan pun sewa motor ternyata hampir sama dengan harga naik angkutan umum atau bus jika diakumulasikan. Harga sewa untuk motor biasa adalah Rp 50 ribu dan motor matik sebesar Rp 60 ribu. Cukup murah kan untuk bisa jalan-jalan seharian apalagi bisa dibagi dua dengan teman yang kita bonceng. However, I think we’re lucky. Ketika kami mau memastikan akan menyewa sebuah motor, salah satu kenalan saya waktu S1 yaitu Lazuardi, membalas smsku dan dia bilang punya motor. Dan lebih keren lagi, boleh dipinjam kalau mau. Alhamdulillah, dapat gratisan, bolehlah…..Thanks Lazuardi.
 Menikmati wedang jahe
Nasi kucing+lauk yang bisa dipilih sesuai selera

           
Hari Kedua
            Di hari kedua, rute kami adalah Borobudur. Candi ini sebenarnya bukan termasuk wilayah Yogyakarta melainkan berada di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. So, dalam perjalanan kali ini berarti kami bukan hanya ke Jogja tapi juga berhasil menginjakkan kaki di Jawa Tengah. Jarak tempuh ke sana kurang lebih 2 jam perjalanan. Dengan menggunakan motor, waktu tempuh bisa dihemat menjadi 1 jam 45  menit.
            Tiket masuk ke Borobodur untuk wisatawan domestik sebesar Rp 30 ribu/orang. Areal wisata cukup luas. Hamparan taman hijau membentang. Sebuah candi besar yang dulunya saya lihat dibuku IPS SD sekarang nampak di depan mata.  Well…..kami sampai di Borobudur, the greatest temple in Indonesia.
            Inti dari perjalanan kami ternyata bukan melihat tempat ini sebagai salah satu wisata bersejarah Indonesia namun lebih kepada sebagai salah satu tempat buat foto. Alamak, inilah ya kalau sudah kumpul sama hantu foto, ketularan narsisnya.
  
Raka kaya mau pidato Presiden

           Jurus Kamehamehaaaaa....
Keluarge kecil bahagia

      Setelah lelah FOTO-FOTO (sengaja diperbesar sebagai penekanan) kami pun berniat kembali ke penginapan sekitar pukul 15.00. Tetapi hari hujan sehingga harus berteduh sebentar sekitar 30 menit.
            Ketika sampai di Jogja, kami menyempatkan untuk singgah di The House of Raminten. Kata Rini ini merupakan salah satu tempat tongkrongan terkenal anak-anak Jogja. Benar saja, kami bisa melihat adanya antrian hanya untuk masuk ke dalam dan mendapatkan tempat. Kaya nunggu sembako murah saja. Beruntungnya, kami mendapatkan satu tempat kosong di luar jadi tidak harus ikut mengantri.
             At the House of Raminten

      Tempatnya sederhana tapi dengan nuansa cantik. Bentuk tempat ini seperti sebuah rumah, dengan pelayan berpakaian Jawa dan telinga kita pun dimanjakan dengan music-musik khas Jawa. Bagi yang mendapatkan tempat di dalam, aroma dupa akan tercium jelas. It’s so traditional but sangat menarik buat ide bisnis ke depan sepertinya. Makan dan minuman yang dijual adalah makanan tradisional, seperti sego kucing, sego gudeg, bandrek susu, jamu, dll. Jadi, yang kita pelajari di sini, sesuatu yang biasa bisa menjadi menarik jika disajikan dalam format yang cantik.

                      Idenya raka, kerjaannya Ronald. Hee

      Sesampainya di penginapan kami istirahat dan mandi-mandi sebentar. Setelah itu perjalanan dilanjutkan lagi dengan mengitari jalanan Malioboro untuk membeli oleh-oleh. Ronald kali ini ahlinya. Dia ke sana kemari untuk menanyakan harga. Bukan harga kemaja atau baju batik buat cowok. Namun dia sedang hunting rok batik, tas pesta, ikat rambut dari batok kelapa, daster ibu-ibu, dan baju couple batik. Aduh Jeng, belanjanya kok gituan, buat kerja ya….:-)                                                                                                        

Hari Ketiga
            Hari ketiga kami rencanakan ke destinasi berikutnya: Candi Prambanan-PasarBeringharjo-Keraton. Kali ini guide kami tidak bisa ikut karena dia ada ujian. Kami putuskan untuk mengikuti jalur trans Jogja. Jalur untuk menuju Prambanan adalah rute 1A karena bus ini akan singgah di terminal Prambanan, sekitar sekian meter dari candi tersebut (maaf saya lupa ngukur berapa meter tepatnya, hee). Tiket trans Jogja cukup murah yaitu sebesar Rp 3 ribu. Selain itu fasilitasnya juga nyaman.
Di bus juga foto-foto
            Perjalanan dari halte 1 Malioboro menuju terminal Prambanan memakan waktu kurang lebih satu jam. Setelah jalan kaki beberapa menit kami pun masuk kawasan candi dengan membayar Rp 30 ribu/orang. Sebenarnya ada paket ke Candi Ratu Boko yang ditawarkan Rp 45 ribu. Namun mengingat waktu kami tak banyak, kami hanya membayar tiket masuk Prambanan saja. Dan setibanya di sana, foto-foto lagi.
 Jalan kaki menuju Prambanan
 
Berasa model kepanasan
 
Apa ajalah, sing penting gaya
 Lomba mirip Einstein di Galeri Prambanan


            Sekitar pukul 11.30 kami baru pulang. Tiba di penginapan sekitar pukul 12.30. Kami punya waktu 30 menit buat negosiasi sebelum check out. Kami berencana untuk sekedar menitip tas atau menambah setengah harga agar barang-barang kami tetap aman selama menunggu kereta yang akan berangkat pada pukul 22.25 nanti malam. Sayang, Bapak pemilik penginapan tak bisa diajak berunding. Walhasil, kami harus bergegas merapikan barang-barang kami dan sesegeranya pergi. Kami terusir.
            Kami mencoba menghubungi kontak teman-teman yang kami kenal untuk sekadar meletakkan barang-barang dan agar bisa menumpang mandi pada sore harinya. Sms tak ada yang balas dan telepon tak ada yang angkat. Baru sekitar, 30 menit setelahnya, ketika kami makan di sebuah warung makan padang, Lazuardi membalas sms saya dan memperbolehkan kami menumpang sementara di asrama Kandangan. Well, di mana pun kita berada, jika punya teman, tak pernah salah untuk mencoba meminta bantuan.:-)
            Untuk menghemat waktu, kami sepakat bahwa Ronald dan Raka berangkat duluan ke pasar Beringharjo dan saya sendiri akan membawa tas mereka ke asrama. Setelah itu, saya akan balik dan menyusul mereka. Malang tak bisa ditolak, hujan begitu deras dan saya pun tak mungkin balik ke pasar karena jarak antara asrama dan pasar sekitar 25 menit. Saya pun pasrah untuk sekadar bisa istirahat dan mandi di asrama. Jadi kali ini, dua rute saya gagal: Beringharjo dan Keraton.

Saatnya pulang
            Kami pulang dengan kereta yang sama pada jam 22.25. Kami diantar oleh Rini, Lazuardi, dan seorang teman dari asrama Kandangan ke stasiun sekitar pukul 21.00. Tepat pukul 21.30 kami tinggal menunggu kereta dan menikmati perjalanan pulang. Thanks buat Rini, Lazuardi, n temannya (Sorry lupa nama masbro) buat bantuan kalian selama di Jogja. 
 
Stasiun Yogyakarta
 
Trio RRI siap pulang

Teman bisa kau temukan di mana saja. Mereka datang dan pergi. Tapi, masing-masing punya kenangan yang takkan bercerai meski telah berpisah.

No comments:

Post a Comment