Indahnya Keterbatasan
Ketika kita menatap sebuah gedung besar tegak berdiri, apa yang kita pikirkan? Pernahkah kita memikirkan betapa peradaban manusia ini terbangun dengan kian maju mengikuti langkah perjalanan waktu. Begitu besar kemajuan yang telah dicapai oleh manusia, sejak zaman purba dengan tempat tinggal di gua-gua hingga kini menempati gedung tinggi menjulang. Sebuah prestasi gemilang yang dicapai oleh makhluk dengan segala keterbatasan.
Keterbatasan ternyata telah membangun pemikiran manusia untuk mencari dan menembus batas keterbatasan itu. Bukahkah seorang murid tidak akan pernah mau mencari guru jika ia tidak merasa bahwa ilmunya demikian terbatas, bukankah seorang buruh tidak akan mau mengerjakan pekerjaannya jika ia tidak merasa bahwa keadaan ekonominya yang terbatas, dan bukankah seorang kaya tidak akan mau mempekerjakan si buruh jika ia tidak merasa bahwa tenaga yang dimilikinya terbatas. Demikianlah, keterbatasan dalam kenyataannya telah menjadi tali pengikat antarmakhluk dan menyadarkan kita bahwa dengan keterbatasan yang kita miliki perlu menggunakan akal agar keterbatasan itu terpenuhi.
Jika kita menyadari, sesungguhnya kesadaran akan keterbatasan telah menyadarkan kita bahwa tidak sepantasnya jumawa dengan apa yang kita miliki sekarang ini. Tak ada satu makhluk pun di bumi ini yang pantas kita rendahkan derajatnya atau kita hina dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki. Toh, kita juga tak sempurna. Tak ada yang patut kita cela dalam diri sendiri dikarenakan keterbatasan diri kita. Malahan, keterbatasan itu harusnya memotivasi kita untuk terus berusaha.
Keterbatasan sesungguhnya adalah sesuatu yang indah. Ia adalah guru yang mangjarkan kita untuk menghormati orang lain. Ia adalah guru yang mengajari kita untuk terus maju dan berusaha. Keterbatasan adalah penasehat kita yang senatiasa mengingatkan bahwa hanya Allah Yang Maha Sempurna yang pantas di sembah, bukan lainnya yang memilki keterbatasan juga. Hanya Allah yang pantas sombong, bukan kita, makhluk yang tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya.
No comments:
Post a Comment