Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Thursday, December 15, 2011

Menyikapi Hasad


Guru Zuhdi
Mesjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin
Desember 12, 2011

“Imam Abu Hanifah berkata: ‘Jika orang hasad terhadap beliau, beliau tidak akan membalas.” Hasad di sini diartikan dalam artian mencela, menghina, memancing emosi. Arti dari perkataan tersebut ialah mengajarkan kepada  kita untuk bisa menahan emosi. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan mengambil hikmah bahwa semua pekerjaan ini adalah pekerjaan Allah. Ini berarti bila kita melawani berarti melawani Allah. Contoh: seseorang menghina kita atau menjelek-jelekkan kita maka tidak seharusnya membalas. Namun selaku manusia biasa pastilah kita memiliki emosi yang tidak bisa ditahan kala mendengar hal-hal seperti itu. Cara kita bersikap yakni mengerti bahwa tiada daya dan upaya yang bisa dilakukan oleh orang yang menghina atau menjelek-jelekkan kita tadi melainkan atas kehendak Allah jua. Ambillah hikmah dari hal itu, mengertilah bahwa Allah memiliki tujuan baik pada kita atas hal yang menimpa kita. Niscaya, emosi kita pun akan tertahan.

“Apalagi bila posisi yang menghasad lebih rendah dari posisinya. Kita kada ingat bahwa itu gawian Allah.” Hal ini sering terjadi. Bila kita menyadari bahwa posisi si penghasad lebih rendah posisinya daripada kita, baik dari segi status sosial, ekonomi, kedudukan, atau usia. Emosi kita langsung terpancing ketika kita mendengar seorang bawahan menggunjing diri kita yang seorang bos. Kita langsung marah kala mengetahui ada orang biasa yang menghina kita yang seorang pejabat, dan lain sebagainya. Semakin rendah posisi si penghasad semakin tinggi emosi kita. Kala ini kita melupakan bahwa semua yang terjadi merupakan kehendak Allah. Kemarahan kita terhadap orang tersebut menandai kemarahan kita kepada kehendak Allah pula.


“Perlu latihan. Bawa baca Al-Qur’an, sholat sunat, dan menyadari bahwa itu gawian Allah.” Bagaimana kita bisa menahan emosi bila tak pernah melatih diri. Latihan emosi tidak mungkin bisa dilakukan kala kta dihadapkan dengan masalah. Melatihnya haruslah di saat kita tenang. Caranya yakni bacalah Al-Qur’an, shalat sunat, dan ibadah-ibadah sunat lainnya. Sadari bahwa bukan kita yang mampu melakukan ibadah-ibadah tersebut. Itu bukan pekerjaan kita. Itu adalah kebaikan Allah yang member kekuatan kepada kita untuk bisa melakukan itu semua.

“Nyiur gugur ke kalambu oleh orang lain, apa hikmahnya? Diganti orang. Tapi kada boleh kita berharap lawan balasan seperti ini. Karena balasan pahala sabar itu besar daripada itu di sisi Allah SWT.” Ini merupakan contoh bahwa kadang kita sulit untuk memahami apa hikmah dari setiap kejadian yang ditimpakan Allah bagi kita. Seperti contoh diatas, ada orang yang memetik kelapa kemudian secara tak sengaja (karena pohon kelapanya dekat dengan rumah kita) menjatuhkan buah kelapa tersebut tepat di kamar kita. Atap kamar kita rusak. Apa hikmahnya? Kadang kita langsung marah-marah terhadap orang tersebut. Padahal, hikmahnya mungkin saja si orang tersebut akan mengganti atap kita yang rusak. Namun di sini, jika kita sudah mengerti. Balasan seperti itu pun tidak usah kita harapkan. Bukankah terlalu murah dan kecil jika pahala sabar di sisi Allah hanya dibalas dengan atap?

“Jangankan kita nang awam ini. Rasulullah yang mulia juga dihasadi orang.” Siapa lagi makhluk yang lebih baik perbuatan dan kelakuannya selain Rasulullah. Bahkan orang semulia dan sebaik Rasul pun ada saja yang hasad kepadanya. Apalagi kita.

“Mun handak panjang umur jangan hasad.” Orang yang banyak hasad banyak sakit hati. Orang yang banyak sakit hati stres. Orang yang stress lebih rentan terkena penyakit.

“Tetes keringat seorang istri yang ikhlas bernilai pahala di sisi Allah dan menghapus dosa. Bahkan, sebanyak beras ia memasak sebanyak itu pula pahalanya.” Masya Allah, seorang istri memiliki ladang amal yang begitu luas dan banyak dibalik ketaatannya pada suami.

“Hendaklah kita melaksanakan kewajiban sedapat mungkin. Contohnya tadi, orang menghina kita, kewajiban kita berbuat baik. Tidak usah kita sibuk membalasnya. Karena bila kita membalas maka hanya akan menambah panas suasana.”

“Sifat orang hasad itu tidak senang melihat kita benar.” Mereka ingin kita membalas hinaan, ejekan, atau fitnah meeka. Mereka tidak senang ketika kita melakukan sesuatu yang benar. Mereka senang jika kita susah. Meraka pun senang jika kita marah.

“Jawaban paling pas dalam menghadapi orang hasad ialah dengarkan dan diam.” Tidak usah kita membalas. Karena membalas pun tak ada gunanya. Terus, biasanya akan terdapat spekulasi dalam diri kita bahwa bila kita tidak membalas maka bisa saja orang lain menyangkan bahwa itu benar. Namun, jika kita pikir lagi, apakah jika kita membalas keadaan akan menjadi lebih baik. Tunggulah hingga keadaan tenang jika kita ingin melakukan klarifikasi.

“Bila kita terpancing emosi maka kala itulah musuh kita menang. Dan kita tahu bahwa musuh kita yang sesungguhnya ialah iblis.”

Wallahu’alam bissawab.

1 comment:

  1. betul..betul.. jika kita mamapu menghindari sikap negative yang telah disebutkan di atas, insya Allah hidup kita akan tenang. semoga kita bisa mengamalkannya ^_^(kunjungi segera: http://blessingdawn1.blogspot.com/2011/12/tips-belajar-bahasa-jepang.html)

    ReplyDelete