Persamaan Nikah dan Skripsi
Studi Komparatif Deskriptif Terhadap Mahasiswa yang Galau
Dalam Menyusun Skripsi
Hai guys…bagi kawan-kawan yang lagi sibuk skripsi ato yang lagi mikirin skripsi bahkan yang lagi mau bikin skripsi postingan ini saya persembahkan khusus buat kalian. Tahu gak sich, menurut penulis, yang namanya skripsi itu mirip kaya orang mo nikah. Mau tahu kenapa?
Lihat bagan berikut ini.
Klik gambar untuk memperbesar
Nah, berdasarkan bagan diatas, maka secara komparatif deskriptif dengan metode penarikan kesimpulan induktif bisalah kita uraikan kesamaan antara skripsi sama nikah sebagai berikut:
1. Tahap satu, kenalan. Mo nikah atau pun skripsi tahap awalnya tuh sama-sama harus melewati fase yang namanya kenalan. Kalo dua insan bisa kenalan di pasar, pengajian, mall, kampus, bioskop atau pun sawah maka kita bisa kenalan sama si skripsi lewat usulan dosen di lokal kuliah, di perpus, atau setelah nanya-nanya sama Mbah Google.
2. Tahap kedua, jatuh cinta, pacaran. Setelah kenal biasanya akan muncul perasaan sayang. Jika dua insan, mereka akan menyebutnya pacaran. Dan bagi yang anti-pacaran bisa ta’arufan. Intinya pada fase ini kita bakalan saling mengkaji gimana sich si do’i. Cocok gak kira-kira jadi pasangan hidup kita. Sama kaya skripsi, dilihat-lihat dulu, dipikir-pikir, terus dikaji bisa gak buat jadi projek kita. Kira-kira bakalan nyusahin apa gak. Sama kan kaya milih cewek, kalo jelas nyusahin masa kita pilih. Kecuali Anda penyuka tantangan.
3. Tahap ketiga, bawa ke ortu dan kenalkan. Setelah kita mantap nih sama si do’i biasanya tahap selanjutnya adalah kita kenalkan dengan ortu buat minta persetujuan. Aing..aing. Skripsi juga gitu, pas kita dah mantap dan berikrar mampu sehidup semati dengannya maka biasanya kita bakalan nulis yang namanya proposal dan diajukan ke bagian skripsi. Di sinilah biasanya proses diterima dan ditolak mulai bergejolak. Sama lagi kaya orang mau nikah, ortu kita ato ortu si do’i bisa nerima, nolak, atau timbang-timbang dulu. Klo camernya (baca: calon mertua) penuh pertimbangan bahkan kadang harus meet dulu sama mereka terus kita bakalan ditanya kamu mampu gak sih ato kamu orangnya bisa dipercaya bin amanah dan fathonah gak. Hee. Selama proses inilah kadang ada yang gagal dan harus cari yang lain. Mungkin bukan jodoh.
4. Tahap keempat, proses mengumpulkan bekal-bekal pernikahan. Bagi yang mau nikah tahap ini kaya mengumpulkan uang buat biaya mahar dan resepsi, analisis bin pikir lagi keyakinan hidup sama si do’i atau tentang kemungkinan-kemungkinan setelah menikah alias proses pematangan hati. Fase inilah yang kadang bikin ada yang lama dan ada yang cepet. Tergantung kemampuan dan aral rintangan serta halangan yang ditemui. Kalo orang mau nikah, masalahnya bisa berupa kurangnya uang, kurangnya keyakinan, ataupun aib si do’i yang baru saja diketahui. Persis kaya skripsi, dalam tahap pengumpulan data, analisis dan bikin laporan ada yang kekurangan bahan, kekurangan kemampuan, ada yang merasa salah judul pilihan, atau baru tahu ternyata si skripsi kita ini susahnya T.O.P B.G.T hingga bikin galau tingkat provinsi (minjam istilah teman: 2011). Akhirnya, jadilah pada tahap ini ada yang uring-uringan, mencari pelampiasan, depresi, atau malah gagal; berhenti sebelum sebelum sampai tujuan. Naudzubillah…
5. Tahap kelima, nunggu keputusan lamaran. Pas laporan skripsi kita sudah selesai biasanya bakalan dibawa ke dosen pembimbing dan menunggu satu kata “keramat,” yaitu ACC. Kalo orang nikah, pas bekal-bekal pernikahan sudah dikumpulkan, modal mahar dan resepsi sudah tampak, dan keyakinan sudah bulat maka datanglah dia ke rumah si camer buat minta doa restu meminang si do’i dengan bismillah. So..sweet, cliquer banget. Kata yang ditunggu tu juga sama; diterima (saudara kembar dari ACC). Maka kadang bagi mahasiswa akhir, besarnya rindu pada ACC lebih besar daripada rindu pada kekasih.
6. Tahap keenam, bawa ke KUA. Kalo si skripsi bawa ke bagian administrasi pendaftaran skripsi. Syarat-syaratnya kadang ribet banget. Tapi inilah proses, Bung.
7. Tahap ketujuh, nikah depan penghulu. Katanya perasaannya tuh debar-debar gimana gituh buat ngucapin akad nikah. Seperti skripsi, diujikan di depan para dosen penguji dengan debar perasaan tak menentu akibat gugup mempertahankan argument kita. Kalo setelah akad nikah orang akan dapat gelar suami, kalo setelah sidang kita akan dapat gelar sarjana.
8. Tahap ke delapan, mencari nafkah. Setelah nikah, kita punya kewajiban buat menafkahin istri sebagai bentuk tanggung jawab mempertahankan gelar suami. Kaya orang selesai skripsi, kudu cari kerja bukan sekadar buat hidup juga sebagai cara menjaga pandangan masyarakat bahwa kita sarjana berguna dan bukan penganggur intelek dengan dana masih dari orang tua.
Intinya guys, teruslah berusaha. Jalanilah tiap fasenya dengan penuh perjuangan dan semangat menuju cita-cita kalian. Jalan masih panjang. Skripsi bukanlah penghalang. Ia hanyalah jalan. Dan kita tahu, tak selamanya jalan itu mulus, ada yang terjal atau pun panjang. Namun yang jelas, selama kita mau menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran kalian kan dapat madunya. Kayanya orang nikah di malam pertama. Bahagia.
Wallahu’alam bissawab.
Suggestion: Bagi kalian yang mau melanjutkan penelitian ini silakan.
kwkwkwkw... berarti diriku sdg berbulan madu dgn skripsi tercinta
ReplyDeleteMenurut bagan diatas sepertinya anda sedang di tahap keempat. Masih mengumpulkan usaha buat sampai ke tahap lima, meyakinkan mertua buat diterima. hee. Bulan madumu setelah sidangmu, man...
ReplyDelete