Jenis-Jenis Bimbingan
A.
Layanan Orientasi
Adalah layanan bimbingan yang
dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau terhadap lingkungan yang
baru dimasukinya.[1] Tujuannya
tentu saja untuk membantu siswa agar
mampu menyesuaiakan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Materi
kegiatan layanan orientasi menyangkut:
a. Pengenalan lingkungan
dan fasilitas sekolah.
b. Peraturan dan hak-hak
kewajiban siswa.
c. Organisasi dan
wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa.
d. Kurikulum dengan
seluruh aspek-aspeknya.
e. Peranan kegiatan
bimbingan karier.
f. Peranan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan
siswa.
Adapun teknik-teknik yang
dapat gunakan dalam layanan orientasi seperti:[2]
a) Format lapangan, yaitu
siswa melakuakn kegiatan keluar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses
objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan.
b) Format klasikal,
yaitu kegiatan layanan orientasi dilakuakn di dalam kelas. Objek-objek yang
menjadi isi layanan dibawa ke dalam kelas.
c) Format kelompok,
yaitu polanya sama dengan klasikal, dilakuakn secara berkelompok dan terdiri
atas sejumlah peserta yang terbatas.
d) Format individu,
yaitu dilakukan terhadap individu-individu tertentudan disesuaikan dengan
kebutuhan si klien.
e) Format politik, yaitu
konselor berupaya menghubungakan dan mengaktifkan pihak-pihak luar peserta
pelayanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan
layanan dan menguntungkan peserta layanan.
B. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar
kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi
(seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai
pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.[3]
Jadi, menurut Ahmad Juntika, tujuan dari layanan ini adalah agar individu
memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya maupun
tentang lingkungannya, lingkungan perguruan tinggi, masyarakat, serta
sumber-sumber belajar termasuk internet.[4]
Materi layanan informasi
menyangkut:
a. Tugas-tugas
perkembangan remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
b. Usaha yangb dapat
dilakukan untuk mengenal bakat, minat,
serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.
c. Tata tertib sekolah,
cara bertingkah laku, tata krama dan sopan santun.
d. Nilai-nilai sosial,
adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
e. Mata pelajaran dan
pembidangannya seperti program inti, program khusus, dan program tambahan.
f. Sistem penjurusan,
kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti EBTA/ EBTANAS.
g. Fasilitas penunjang/
sumber belajar.
h. Cara mempersiapkan
diri dan belajar disekolah.
i.
Syarat-syarat memasuki suatu jabatan, kondisi
jabatan, karir, serta prospeknya.
j.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh guna
menetapkan jabatan atau karir.
k. Memasuki perguruan
tinggi yang sesuai dengan cita-cita karir.
l.
Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah
pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Selanjutnya, beberapa teknik
yang biasa digunakan untuk layanan informasi ialah:[5]
1) Ceramah, tanya jawab,
atau diskusi.
2) Melalui media seperti
alat peraga, media tulis, media, gambar, poster, dan sebagainya.
3) Acara khusus, seperti
“Hari tanpa asapa rokok”, “Hari Lingkungan Hidup”, dan sebagainya.
4) Nara sumber, yaitu
layanan diberikan dengan cara mengundang nara sumber.
C.
Layanan Penempatan dan
Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik untuk memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat (misalnya di dalam kelas, kelompok, belajar, jurusan, atau program studi,
progaram pilihan, magang, kegiatan kurikuler/ ekstrakurikuler) sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.[6]
Tujuannya ialah agar siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik
dan lingkup kegiatan nonakademik yang menunjang perkembangannya serta semkin
merealisasikan rencana masa depan.
Materi kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran meliputi:
a. Penempatan kelas
siswa, program studi/jurusan dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang
pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan bakat, dan minat.
b. Penempatan dan
penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan
serta kegiatan sosial sekolah.
c. Membantu dalam kegiatan
program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran, perbaikan,
maupun program pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK
atau UMPTN.
d. Menempatkan dan
menyalurkan siswa pada kelompok yang membahas pilihan khusus progaram studi
sesuai dengan rencana karir, kelompok latihan keterampilan, dan kegiatan
ekstrakurikuler atau magang yang diadakan sekolah atau lembaga kerja/ industri.
Wujud kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran adalah penempatan duduk siswa di dalam kelas, penempatan
duduk siswa dalam kelompok belajar, penempatan dan penyaluran siswa dalam
kelompok kegiatan bakat dan miant khusus atau ekstrakurikuler, penempatan dan
penyaluran siswa pada posisi tertentu dalam organisasi kesiswaan atau
organisasi lainnya di lingkungan sekolah, pemindahan siswa ke sokolah atau
lembaga pendidikan yang lebih sesuai, penggantian mata pelajaran tertentu yang
sesuai dengan pilihannya, pemindahan asrama abgi siswa yang kost, pemindahan
tempat tinggal, dan sebagainya.
D.
Layanan Bimbingan Belajar
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.[7]
Menurut Hellen, materi kegiatan bimbingan belajar meliputi:[8]
a. Pengembangan sikap
dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar,
bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan
belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian
hasil belajar.
b. Pengembangan dan
pemantapan disiplin belajar dan berlatih, abik secara mandiri maupun kelompok.
c. Pemantapan penguasaan
materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi,
dan kesenian.
d. Pemantapan pemahaman
dan pemanfaattan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada disekitar sekolah,
lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan
serta pengembangan pribadi.
e. Orientasi dan
informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan tambahan.
Dalam pelaksanaannya layanan
bimbingan belajar dilaksanakan melaui tahap-tahap sebagai berikut:[9]
a) Pengenalan siswa yang
mengalami masalah belajar.
b) Pengungkapan sebab-seba terjadinya masalah
belajar.
c) Pemberian bantuan
pengentasan masalah bantuan.
E.
Layanan Penguasaan Konten
Menurut Prayitno, layanan
penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik
sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi
tertentu melalui kegiatan belajar. Tujuannya ialah agar siswa menguasai
aspek-aspek konten (kemampuan dan kompetensi) tertentu secara terintegrasi.
Materi layanan penguasaan
konten meliputi:
a. Pengembangan
kehidupan pribadi.
b. Pengembangan
kemampuan hubungan sosial.
c. Pengembangan kegiatan
belajar.
d. Pengembangan dan
perencanaan karir.
e. Pengembangan
kehidupan berkeluarga.
f. Pengembangan
kehidupan beragama.
Layanan ini umumnya
diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka memaluai
format klasikal, kelompok, atau individual.pembimbinga atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi
contoh, merangsang (memotivasi siswa), mendorong dan menggerakkan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan pelayanan.
F.
Layanan Konseling Individual
Yaitu bantuan yang diberikan
oleh konselor kepada seorang siswa
dengan tujuan berkembangnnya potensi siwa, mampu mengatasi masalah
sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.[10]
Pembahasan masalahnya bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal
penting tentang diri klien. Tujuannya ialah agar klien memahami kondisi
dirinya, lingkungannya,permasalah yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya
sehingga klien mampu mengatasinya.
Menurut Syamsu Yusuf dan Ahmad
Juntika, materi layanan konseling individual meliputi:[11]
a. Pemahaman dan
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan dirinya (aspek potensi kemampuan,
emosi, potensi, sosial, dan moral spiritual.
b. Menanggulangi masalah
dan kesuliatan yang dihadapinya, baik menyangkut masalah pribadi, sosial,
maupun karir.
Teknik – teknik yang
diterapkan dalam konseling individual seperti:
a) Kontak mata.
b) Kontak psikologi.
c) Ajakan untuk bicara.
d) Mendengar dengan
cermat, memehami secara tepat, dan merespond secara tepat dan positif.
e) Keruntutan.
f) Refleksi isi.
g) Penyimpulan.
h) Penafsiran.
i)
Konfrontasi,
j)
Ajakan untuk emmikirkan sesuatu yang lain.
k) Peneguhan hasrat.
l)
Penfrustasian klien.
m) Strategi tidak
memaafkan klien
n) Suasana diam.
o) Transferensi dan
kontra transferensi.
p) Teknik eksperinsial.
q) Interpretasi
pengalamanmas lampau.
r) Asosiasi bebas.
s) Sentuhan jasmaniah.
t) Penialaian, dan
pelaporan.
G.
Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu suatu cara memberikan
bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.
Tujuannya ialah guna mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya
kemampaun berkomunikasi peserta layanan. Topik yang dibahas bersifat umum untuk
menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.
Materi layanan bimbingan
kelompok meliputi dua hal yaitu topik tugas dan topik bebas. Topik tugas yaitu
topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok)
kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas ialah suatu topik atau
poko bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok.
Teknik yang bisa diterapkan
dalam layanan bimbingan kelompok, yaitu teknik umum dan permainan kelompok.
a) Teknik umum meliputi:
1. komunikasi multiarah secara efektif dan
dinamis serta terbuka.
2. pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif
dalam pembahsan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi, dan
pembahasan.
3. dorongan minimal
untuk memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok.
4. penjelasan,
pendalaman, dan pemberian contoh untuk
lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan.
5. pelatihan untuk
membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.
b) Permainan kelompok.
G. Layanan Konseling Kelompok.
Layanan konseling kelompok mengikuti
sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin
kegiatan kelompok. Adapun perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling
kelompok ialah:[12]
a.
Bimbingan kelompok:
-
Pokok bahasan: masalah atau topic
umum, bak yang bersifat bebas maupun tugas.
-
Para
peserta melakukan pembahasan tanpa secara khusus menyangkutpautkan isi pembicaraannya
itu kepada peserta tertentu.
b.
Konseling Kelompok:
-
Pokok bahasan: masalah pribadi
yang bersifat bebas.
-
Para
peserta melakukan pembahasan dengan setiap kali mengingat bahwa isi
pembicaraannya itu adalah bertujuan untuk membantu pemecahan masalah yang
sedang dibicarakan yang dialami oleh salah seorang rekan kelompoknya.
Secara
umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi siswa, khususya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan
konseling kelompok, hal-hal dapat menghambat atau menggangu sosialisasi dan
komunikasi siswa di ungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga
kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal.
Melalui layanan konseling kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa)
dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Layanan konseling kelompok membahas
masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan maslah pribadinya secara bebas,
selanjutnya dipilah man ayang akan dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan
seterusnya.
Beberapa teknik yang bisa digunakan
dalam layanan konseling kelompok adalah : pertama, teknik umum(pengembangan
dinamika kelompok). Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam
penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya
dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai
tujuan layanan.
Kedua, teknik permainan kelompok.
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai
selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan materi.[13]
H. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi merupakan layanan
konseling yang dilaksankan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang
pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan
cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalah
pihak ketiga. Prayitno (2004) menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya
dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai
konsultan) dengan konsulti. Konsultasi jiuga dapat dilaksanakan terhadap dua
orang konsulti atau lebih, terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendaki.
Secara umum layanan konsultasi
bertujuan agar klien dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau
permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga adalah orang yang
mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami
oleh pihak ketiga setidak-tidaknya sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
Secara lebih khusus, tujuan layanan
konsultasi adalah agar konsultasi memiliki kemampuan diri yang berupa wawasan,
pemahaman, dan cara-cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana atau
permasalahan pihak ketiga.
Isi layanan konsultasi dapat
mencakup berbagai bidang pengembangan sebagaimana telah disebutkan di atas.
Layanan konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi, hubungan
social, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan beragama.
Dengan perkataan lain, isi layanan konsultasi dapat menyangkut berbagai bidang
kehidupan yang luas yang dialami oleh individu-individu (pihak ketiga).
Pertama, teknik umum. Teknik umum
merupakan sejumlah tindakan yang dilakukan konselor untuk mengembangkan proses
konseling konsultasi. Teknik ini diawali dengan menerima klien, mengatur posisi
duduk, mengadakan penstrukturan, mengadakan analisis dan diskusi tentang
permasalahan yang dihadapi hingga mengadakan penilaian dan laporan.
Kedua, teknik khusus. Teknik ini
dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku klien, terutama berkenaan denagn
masalah yang dialami pihak ketiga. Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan,
yaitu hal-hal yang ingin di capai klien dalam bentuk prilaku nyata,
pengembangan prilaku itu sendiri, hingga peneguhan hasrat, pemberian nasehat,
penyusunan kontrak, dan apabila perlu alih tangan kasus.
I. Layanan Mediasi.
Istilah “mediasi” terkait dengan
istilah “media” yang bersala dari kata “medium” yang berarti perantara. Dalam
literature islmam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga berrati
perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasai bisa dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang mnegantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang semula
terpisah. Juga bermakna menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan
mengadakan kontak sehingga dua pihak yang semula terpisah menjadi saling
terkait. Melalui mediasi atau wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjai
saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil
perbedaan sehingga jarak keduanya menjadi lebih dekat.
Menurut Prayitno (2004) layanan
mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua
pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan yang saling tidak menemukan
kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan meduasi juga berarti layanan atau
bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.
Secara umum, layanan mediasi
bertujuan agar tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara
para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan. Dengan perkataan
lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif di antara siswa yang
bertikai atau bermusuhan.
Secara khusus, layanan mediasi
bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang negative menjadi
kondisi baru dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.
Isi atau masalah yang dibahas dalam
layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan dengan hubungan yang terjadi
antara individu-individu (para siswa) atau kelompok-kelompok yang sedang
bertikai.
Masalah-masalah yang menjadi isi
layanan mediasi atau yang dibahas dalam layanan mediasi bukan masalah yang
bersifat criminal. Dengan perkataan lain individu atau pihak yang menjadi klien
dalam layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus criminal yang menjadi
urusan polisi.
Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam
layanan mediasi, yaitu teknik umum dan khusus. Pertama, teknik umum. Yang
termasuk dalam teknik umum adalah,
penerimaan terhadap klien dan posisi duduk, penstrukturan, serta ajakan untuk
bicara.
Kedua, teknik khusus. Teknik-teknik
khusus konseling perorangan bisa diterapkan dalam layanan mediasi, bertujuan
untuk mengubah tingkah laku para peserta layanan (siswa yang berselisih).
Beberapa teknik yang bisa di gunakan adalah informasi dan contoh pribadi,
perumuan tujuan, pemberian contoh dan latihan tingkah laku, nasihat, serta
peneguhan hasrat dan kontrak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan berdasarkan uraian
dimuka, maka dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ada sembilan jenis pelayanan bimbingan dan
konseling, yaitu:
·
Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan yang
dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau terhadap lingkungan yang
baru dimasukinya. Tujuannya tentu saja untuk membantu siswa agar mampu menyesuaiakan diri terhadap
lingkungan atau situasi yang baru.
·
Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh
yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi
(seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai
pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
·
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan
bimbingan yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (misalnya di dalam kelas, kelompok, belajar, jurusan,
atau program studi, progaram pilihan, magang, kegiatan kurikuler/
ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi
pribadinya.
·
Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan
dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
·
Layanan penguasaan konten, yaitu suatu layanan
bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai
kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
·
Layanan konseling individual, yaitu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada seorang siswa
dengan tujuan berkembangnnya potensi siwa, mampu mengatasi masalah
sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
·
Layanan bimbingan kelompok, yaitu suatu cara
memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan
kelompok. Tujuannya ialah guna mengembangkan kemampuan bersosialisasi,
khususnya kemampaun berkomunikasi peserta layanan.
·
Layanan konseling kelompok,
yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan melalui dinamika kelompok.
·
Layanan konsultasi, yaitu layanan konseling
yang dilaksankan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang pelanggan
(konsulti) yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara
yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalah pihak
ketiga.
·
Layanan mediasi, yaitu
layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang
sedang dalam keadaan yang saling tidak menemukan kecocokan
DAFTAR
PUSTAKA
A., Hellen. 2005. Bimbingan
dan Konseling. Jakarta:
Quantum Teaching.
Nurihsan, Ahmad
Juntika. 2006. Bimbingan & Konseling
Dalam Berbagai Lapangan Kehidupan. Bandung:
Refika Aditama.
Prayitno.
1995. Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok (Dasar dan Profil), Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Priyatno dan
Drs. Ermananti. 1999. Dasar-Dasar
BImbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa
Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan Konseling. Jakarta:
Asdi Mahasatya.
Tohirin.
2008. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integaral). Jakarta:RajaGrafindo
Persada.
Willis, Sopyan
S. 2004. Konseling Individdual, Teori dan
Praktek .Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Syamsu
dan Ahmad Juntika Nurihsan. 2008. Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Rosdakarya.
[1]
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002), h. 43.
[2] Drs.
Tohirin, M.Pd., Bimbingan dan Konseling
Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integaral), (Jakarta:RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 143-144.
[3] Ibid, h.44.
[4]
Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd, Bimbingan
& Konseling Dalam Berbagai Lapangan Kehidupan, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 19.
[5] Drs.
Tohirin, M.Pd., Op.Cit., h.149-150.
[6] Drs.
Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit., h. 45.
[7]
Drs. Ketut Sukardi, Loc.Cit, h.46.
[8]
Drs. Hellen A, Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta:Quantum
Teaching, 2005),h. 74-75.
[9] Prof.Dr.
Priyatno dan Drs. Ermananti. Dasar-Dasar
BImbingan dan Konseling (Jakarta:Rineka Cipta, 1999), h.279.
[10] Dr.
Sopyan S. Willis, Konseling Individdual,
Teori dan Praktek (Bandung:
Alfabeta), h.35.
[11] Dr.
Syamsu Yusuf dan Ahmad Juntika Nurihsan, Landasan
Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Rosdakarya, 2008), h.21.
[12] Prof.
Dr. Prayitno, M.Sc. ED, Layanan Bimbingan
dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1995), h. 74.
[13] Drs.
Thohirin, M.Pd, Op.Cit. h.182.
No comments:
Post a Comment