KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas izin Allah swt jualah penulis akhirnya mampu menyusun
dan menyelesaikan paper ini sebagai bentuk tanggung jawab penulis terhadap
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam . Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah saw, beserta
keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman. Amin.
Makalah ini berjudul “Syair dan
Kehidupan Bangsa Arab ”. Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari
kesempurnaan karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun amat penulis hargai dan perlukan demi sempurnanya karya
tulis yang sederhana ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
selama penyusunan paper ini terutama sekali kepada ***********, selaku dosen mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah tulus ikhlas mengajarkan kami ilmu
pengetahuan memberikan bimbingan dan saran-saran.
Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
sendiri terutamanya dan bagi pembacanya lainnya. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
Semua bangsa yang ada didunia, mutlak
menjadi ketetapan kodrat, bahwa setiap bangsa atau umat mempunyai
kelebihan masing-masing. Bisa jadi
kelebihan suatu bangsa atau kaum tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Dalam perkembangan sejarah
umat manusia telah disebutkan bahwa bangsa Yunani kuno, bangsa India, Tiongkok,
Mesir kuno dan bangsa Arab telah mempunyai peradaban tinggi sebelum bangsa
Eropa maju.
Namun, seringkali kita
mendengar bahwa bangsa Arab Pra-Islam disebut sebagai bangsa Jahiliyah.
Pemaknanaan Jahiliyah ini seringkali disalahartikan sebagai keadaan di mana
orang-orang di sana benar-benar Jahl
dalam artian tidak ada ilmu. Padahal sebenarnya mereka adalah bangsa yang
memiliki peradaban mekipun sederhana, memiliki pengetahuan, dan kebudayaan,
yang mana salah satunya adalah syair. Syair merupakan bagian dari kesenian
sastra bangsa Arab yang selanjutnya menjadi sumber sejarah yang sangat penting
bagi para sejarahwan yang ingin mengetahui bagaimana keadaan pada masa itu.
Sebab melaui syairlah, orang-orang Arab pada masa itu menceritakan peristiwa,
peperangan, adapt-istiadat, dan budaya mereka.
Karya sastra pada
periode jahiliyah menggambarkan keadaan hidup masyarakat dikala itu, dimana
mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair
yang muncul tidak jauh dari pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Begitu
juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat
berperang membela kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode
Jahiliyah juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh
Islam seperti hikmah dan semangat juang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah
pada masa jahiliyah diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk
kedalam Al-Mu’allaqot, hal ini disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak
terbiasa dengan budaya tulis menulis, pada umumnya syair-syair jahiliyah
dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur, berbicara
tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam tempat
mereka tinggal.
BAB II
Syair dan Kehidupan Bangsa Arab
- Kehidupan dan Syair Bangsa Arab
Bangsa
Arab, sebelum Islam datang, mempunyai peradaban Jahiliyah. Jahiliyah disini
tidak berarti bahwa orang Arab kala itu adalah orang-orang bodoh. Karena pada
masa ini mereka telah memiliki sistem ekonomi yang maju melaui perdagangan,
penguasaan ilmu pengetahuan seperti ilmu bintang, ilmu meteorologi, ilmu
mitologi, dan ilmu thib, serta mereka pun telah memiliki kebudayaan. Sehingga,
menurut Ahmad Amin, seorang ahli sejarah islam terkenal, mengartikan jahiliyah
pada masa itu sebagai Jahl dalam
pengertian safah, ghadap, anfah
(sedai, berang, tolol), yakni bahwa orang-orang Arab tersebut terus melawan kebenaran, sekalipun mereka
sesungguhnya telah mengetahui kebenaran itu.[1]
Secara geogarafis,
jazirah Arab terbagi menjadi du bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian
pesisir. Di sana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanyalah
lembah-lembah berair di musim hujan. Sebgain besar daerah Jazirah adalah padang
pasir Sahara yang terletak di tengah dengan keadaan dan sifat yang
berbeda-beda, karena itu bisa di bagi menjadi tiga[2]
bagian:
Berbagai
syair bahasa Arab telah dijumpai di daerah Arab selatan, sejak Abad ke-3 dan
ke-4 Masehi. Dengan demikian dapatlah
diketahui bahwa sebelum Islam datang di negeri-negeri Arab, bangsa Arab
telah memiliki kesusasteraan yang baik. Tersebutlah masa itu beberapa penyair
terhormat seperti Amr, Ibn Kulsum, Zuhair, Haris, Antarah, dan Labid.[3]
1. Sahara Langit
memanjang 140 mil dari Utara ke Selatan dan 180 mil dari Timur ke Barat,
disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin
seringkali mengakibatkan kabut debu yang menyebabkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara selatan yang
membentang menyambung Sahara langit ke arah timur sampai selatan persia. Hampir
seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini
juga disebut dengan al-Rub al-Khali.
3. Sahara Harrat, suatu
daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar.
Gugusan batu-batu hitam tersebut menyebar di keluasan sahara ini, eluruhnya
mencapai 29 buah.
Penduduk
Sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku badui yang memiliki gaya hidup
pedesaaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari
air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, kambing dan onta.
Adapun
daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar
pita yang mengelilingi Jazirah Arab. Penduduknya sudah menetap dengan mata
pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai
macam budaya, bahkan kerajaan.
Bila
dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk Jazirah Arab terbagi menjadi dua
golongan besar yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan
Ismail ibn Ismail).
Masyarakat,
baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi
dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam sustu rentang komunitasa
yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh.
Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Bangsa Arab
dikenal suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering kali terjadi.
Sikap ini menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam
masyarakat yang suka berperang ini, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi
seperti ini terus berlangsung hingga Islam datang. Dunia Arab kala itu
merupakan kancah peperangan terus menerus. Pada sisi yang lain, meskipun
masyarakat badui mempunyai pemimpin , namun mereka hanya tunduk kepada Syaikh
atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan peperangan,
pembagian harta rampasan, dan pertempuran tertentu. Di luar itu, syaikh atau
amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
Akibat
peperangan yang terus-menerus, kebudayaan bangsa Arab tidak berkembang. Karena
itu, bahan-bahan sejarah Arab Pra-Islam sulit diketahui. Pengetahuan mengenai
kebudayaan Arab kebanyakan diperoleh
memelui para perawi syair.
Dengan
kondisi alami yang seperti tidak pernah berubah maka masyrakat Badui tetap
berada pada fitrahnya. Kemurniaanya terjaga. Dasar-dasar kebudayaan mereka
dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa yang masih berada dalamtaraf permulaan
perkembangan budaya. Bedanya adalah hampir seluruh penduduk Badui adalah
penyair.
Berbeda
dengan masyarakat Badui, masyarakat pesisir jazirahArab telah memiliki
kebudayaan yang lebih baik. Sejarah mereka dapat diketahuia dengan jelas.
Mereka selalu ,mengalami perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi
yang mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan
kerajaan-kerajaan. Kota-kota mereka merupakan kota perniagaan. Sebagaimana masyarakat Badui, , penduduk
negeri inin juga pandai menggubah syair. Bahasa mereka kaya dengandengan
ungkapan, tata bahasa, dan kiasan.
Kemudian,
berkaitan dengan agama, menurut Muhammad Husein Haekal, keadaan alam, polotik,
dan sosial bangsa Arab memiliki pengaruh terhadap kehidupan keagamaanya.
Pengaruh pengertian agama dalam jiwa serta cara hidup kaum pengembara tidak
sama dengan orang kota (pesisir). Dalam kehidupan kaum pengembara manusia
berhubungan dalam alam, ia merasakan adanya wujud yang tak berbatas dalam
segala bentuknya. Ia merasa perlu mengatur suatu cara hidup antara dirinya
dengan alam dalam suatu keterbatasannya itu. Sedang bagi orang kota
ketakterbatsan itu sudah tertutup oleh kesibukan sehari-hari, oleh adanya
perlindungan masyrakat sebagai imbalan
atas kebebasannya yang diberikan sebagian kepada masyarakat erta kesediaanya
tunduk kepada undang-undang penguasa supaya memperoleh jaminan dan hak
perlindungan. Hal ini menyebabkannya tidak merasa perlu berhubungan dengan yang
di luar penguasa, dengan kekuatan alam yang begitu dahsyat terhadap kehidupan
manusia. Hubungan jiwa dengan unsur-unsur alam yang di sekitarnya jadi
berkurang. hal inilah yang menurut Haekal sebagai sebab ada dan bertahanya
paganisme pada bangsa Arb, terutama
masyrakat pengembara.[4] Adapun bentuk-bentuk kepercayaan itu
bermacam-macam seperti menyembah bintang, menyembah kayu, menyembah batu, jin,
ruh, hantu, malaikat, dan sebagainya. Namun selain itu, masih ada pula yang
masih menganut ajaran Nabi Ibrahim dan Ismail, yaitu menyembah Allah serta
mengerjakan Ibadah haji, meski jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian lainnya,
ada pula yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.[5]
Berkenanaan
dengan kehidupan ekonomi, sesuai dengan tanah Arab yang kebanyakan terdiri dari
Sahara, maka ekonomi mereka yang terpenting adalah dagang. Orang-orang Quraisy
berdagang sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengirim kafilah dagang ke
Yaman. Sementara di musim panas merekamenuju Syam. Dari segi kehidupan sosial,
selain segi-segi buruk yang telah disebutkan di atas ada pula segi-segi baik
seperti setia kawan, menepati janji,menghormati tamu,dan tolong-menolong antara
anggota kabilah.[6]
- Syair Bangsa Arab
Menurut
Prof. Dr. A. Syalabi, ada dua cara dalam mempelajari syair Arab di masa
Jahiliyah, kedua cara itu amat besar faedahnya.[7]
a. mempelajari syair itu
sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab amat dihargai.
b. Mempelajari syair itu
dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi pekerti
bangsa Arab.
Berdasarkan
kedua segi di atas maka dapat kita lakukan tinjauan ringkas terhadap syair Arab
di masa Jahiliyah.
Syair
adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh
bangsa Arab. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair, untuk
mendengarkan syair-syair mereka, sebagaimana orang zaman sekarang,
beramai-ramai mengelilingi penyair atau pemain musik yang mahir, untuk
mendengarkan permainannya.
Ada
beberapa pasar tempat penyair-penyair
berkumpul yaitu: pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di pasar-pasar itu para
penyair penyair-penyair memperdengarkan syair-syairnya yang sudah disiapkannya
untuk maksud itu, dengan dikelilingi oleh warga sukunya; yang memuji dan merasa
bangga dengan penyair mereka.Dipilihlah diantara syair-syair itu yang terbagus
lalu digantungkan di Ka’bah tidak jauh dari patung dewa-dewa pujaan mereka.
Disebutkan
oleh Prof. A. Hasjmy dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam bahwa telah
menjadi kelaziman bagi orang Arab Jahiliyah untuk mengadakan majlis atau nadwah
(klub), di tempat mana mereka mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar
menukar berita, dan sebagainya. Terkenallah dalam kalangan mereka “Nadwah
Quraisy” dan “Darun Nadwah” yang berdiri di samping ka’bah. Di samping itu
mereka mengadakan Aswaq (pekan) pada waktu tertentu, di beberapa tempat dalam
negeri Arab.Tiap-tiap ada sauq
berkumpullah ke sana para saudagar dengan barang dagangannya, para penyair
dengan sajak-sajaknya, ahli pidato dengan khutbah-khutbahnya dan sebagainya.[8]
Seorang
penyair memilki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat bangsa Arab. Bila pada
suatu kabilah muncul seorang penyair, maka berdatanganlah utusan dari
kabilah-kabilah lain, untuk mengucapkan selamat kepada kabilah itu. Untuk itu,
kabilah-kabilah itu mengadakan perhelatan-perhelatan dan jamuan besar-besaran
dengan menyembelih binatang-binatang ternak. Wanita-wanita kabilah keluar untuk
menari, menari, dan bermain musik.
Semua itu
diadakan untuk menghormati penyair karena penyair membela dan mempertahankan
kabilah dengan syair-syairnya, ia melebihi seorang pahlawan yang membela
kabilahnya dengan tombak dan pedangnya. Di amping itu, penyair dapat juga
mengabadikan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dengan syairnya. Dan
bilamana ada penyair-penyair kabilah lain mrncela kabilahnya, maka dialah yang
akan membalas dan menolak celaan-celaan itu dengan syair-syairnya pula.
Salah satu
dari pengaruh syair pada bangsa Arab adalah syair itu dapat meninggikan derejat
orang yang tadinya hina, atau
sebaliknya, dapat menghinakan seseorang yang tadinya mulia. Bilamana seorang
penyair memuji seorang yang tadinya dipandang hina, maka dengan mendadak sontak
orang itu menjadi mulia dan apabila seseorang penyair mencela atau memaki
seseorang yang tadinya dimuliakan, maka dengan serta merta orang itu menjadi
hina. Sebagai contoh yakni Abdullah Uzza ibnu Amir. Dia adalah seorang yang
mulanya hidup melarat, putera-puterinya banyak, akan tetapi tidak ada
pemuda-pemuda yang mau memperisteri mereka. Kemudian dia dipuji oleh Al-A’sya,
seorang penyair ulung, dan kemudian syair yang berisi pujian itu tersiar
kemana-mana. Dengan demikian menjadi masyurlah Abdul Uzza itu; penghidupannya
menjadi baik, maka berebutanlah pemuda-pemuda meminang putera-puterinya.
Ada sekumpulan
manusia dicela oleh penyair Hasan ibnu Tsabit maka menjadi hinalah mereka.
Penyair Al
Huthaiah memuji sekelompok manusia. Mereka merasa bangga dengan pujian Al
Hutahiah itu, seakan-akan pujian itu suatu ijazah yang mereka dapat dari sebuah
perguruan tinggi.
Demikianlah
pengaruh syair dalam kehidupan bangsa Arab. Kemudian, syair juga merupakan seni
yang telah menggambarkan kehidupan, budi pekerti, dan adat-istiadat bangsa
Arab.
Syair-syair
dari penyair yang hidup di masa Jahiliyah menjadi sumber yang terpenting bagi
sejarah bangsa Arab di masa Jahiliyah. Dia dapat menggambarkan kehidupan bangsa
Arab di masa Jahiliyah.
Orang yang
membaca syair Arab, akan melihat kehidupan bangsa Arab tergambar dengan jelas
pada syair itu. Dia akan melihat padang pasir , kemah-kemah, tempat-tempat permainan,
dan sumber-sumber air. Dia akan mendengar tutur kata pemimpin laki-laki dan
wanita. Dia akan mendengar bunyi kuda dan gemerincing pedang.
Melalui
syair dikisahkan peperangan-peperangan, adat-istiadat, dan budi pekerti bangsa
Arab.
Dari syair
kita akan mengetahui kemurahan hati bangsa Arab, dan bagaimana cara mereka
melaksanakan kemurahan hati itu.
Dari syair
kita akan mengetahui bahwa di anatara bangsa Arab ada orang-orang yang telah mengetahui
“Allah”, meskipun kepercayaan watsani-lah yang berkembang di waktu itu. Ada
orang yang mengharamkan atau mencela minum khamar. Dan salah satu adat
kebiasaan mereka adalah mengawini isteri bapak mereka setelah meninggal. Dan
bahwa mereka telah mengenal thalaq, dan masih banyak lagi hal-hal lain, yang
syair Arab Jahiliyah itu adalah sumber untuk mengetahuinya.
Adapun
macam-macam syair berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut:[9]
1. Tasybib adalah adalah
syair yang menceriterakan dan menggambarkan cumbu rayau, wanita dan
kecantikannya, kekasihnya, tempat tinggalnya dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan percintaannya.
2. Washfu adalah syair
yang menceriterakan tentang gambaran alam yang indah, kejadian-kejadian
yang menarik yang singgah pada mereka, sifat-sifat yang baik pada seseorang,
serta mensifati jalannya peperangan.
3. Ratsa adalah syair
yang digungkan untuk mengenang jasa-jasa seseorang yang telah meninggal.
4. Fakhr adalah syair
yang digunakan untuk berbangga-banggaan tentang kelebihan dan keunggulan
yang mereka miliki dari suatu kaum, misalnya tentang keberaniannya dan
kemenangan yang mereka peroleh dari suatu even.
5. Madch adalah syair
yang digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat baiknya,
karekteristiknya dan kebesaran yang mereka miliki, seperti keadilannya,
kedermawanannya, ketinggian budi pekertinya, keberanian dalam sikap yang
positif, dan sifat-sifat baik mereka dalam menerima tamu.
6. I’tidzar adalah syair
yang digunakan dalam mengungkapkan rasa penyesalannya dan permohonan maaf
akibat kesalahan dan kekeliruannya yang telah mereka perbuat.
7. Hijaa adalah syair
yang digunakan untuk mencaci menjelek-jelekan lawan tentang keburukan dan
kekurangannya musuh.
Dalam
menilai baik buruknya suatu syair diperlukan suatu ilmu yang disebut ilmu
Arudh. Ilmu Arudh menjadi barometer dalam menilai baik atau tidaknya suatu
gubahan syair yang ditimbang melalui metoda arudh, apabila syair mereka
itu sesuai dengan ilmu tersebut maka syair itu akan menjadi
terkenal, masyhur dan mendapat perhatian dan penghormatan yang sangat
luar biasa seperti syair itu dipertandingkan , dilombakan di pasar Ukaz
dan Pasar Majannah dan puncak penghormatan yang paling tinggi
dengan digantungkan pada dinding Ka’bah yang bertintakan emas. Selain syair,
seni sastra yang dimiliki oleh bangsa Arab antara lain ialah:
a) Natsr
atau Prosa.
Pada periode ini terdapat beberapa jenis Natsr, diantaranya: Khutbah, wasiat , Hikmah dan Matsal.
Pada periode ini terdapat beberapa jenis Natsr, diantaranya: Khutbah, wasiat , Hikmah dan Matsal.
1. Khutbah
yaitu serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan kepada
khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting. Sebab-sebab munculnya
khutbah pada periode Jahiliyah adalah dikarenakan banyaknya perang antar
kabilah. Pola hubungan yang ada pada masyarakat Jahiliyyah seperti saling mengucapkan
selamat, belasungkawa dan saling meminta bantuan perang. Dikarenakan
kesemrawutan politik pada masa itu maka banyak yang buta huruf dan hal ini
menyebabkan komunikasi lisan lebih banyak digunakan. Adapun ciri khasnya,
yaitu:
§ Kalimatnya
ringkas.
§ Lafaznya
jelas.
§ Maknanya
mendalam.
§ Bersajak
(berakhiran setipa kalimat dengan huruf yang sama).
§ Sering
dipadukan dengan syair, hikmah, dan matsal.
Contoh Khutbah Khutbah Hani’ Bin Qobishoh pada Pertempuran Dzi-Qorin:
Kisra ( Raja Persia ) memaksa Hani bin Qobishoh Asa-Syaibani agar menyerahkan harta amanah yang dititipkan kepadanya oleh Nu’man ibnul Mundzir-salah seorang penguasa Irak-. Hani menolak permintaan tersebut demi menjaga amanah yang dititipkan kepadanya sehingga terjadilah perang antara tentara Persia dengan kabilah Bakr yang dipimpin oleh Hani, pertempuran tersebut berlangsung pada sebuah tempat dekat Bashrah di Irak yang bernama Dzi-Qorin, pertempuran tersebut akhirnya dimenangkan oleh Kabilah Bakr, sebelum pertempuran tersebut berlangsung Hani’ membakar semangat para pasukannya dengan perkataannya: :
يا معشر بكر , هالك معذور خير من ناج فرور, إن الحذر لا ينخي من القدر, و إن الصبر من أسباب الظفر, المنية ولا الدنية, استقبال الموت خير من استدباره, و الطعن في ثغر النحور, أكرم منه في الأعجاز و الظهور, يا أبا بكر : قاتلوا فما للمنايا من بد
“Wahai sekalian kaum Bakr, orang yang kalah secara terhormat lebih baik dari orang yang selamat karena lari dari medan juang, sesungguhnya ketakutan tidak akan melepaskan kalian dari ketentuan Tuhan, dan sesungguhnya kesabaran adalah jalan kemenangan. Raihlah kematian secara mulia, jangan kalian memilih kehidupan yang hina ini. Menghadapi kematian lebih baik daripada lari darinya, tusukan tombak di leher-leher depan lebih mulia dibanding tikaman dipunggung kalian, wahai kaum Bakr….. Berperanglah!!!! Karena kematian adalah suatu kepastian..“[10]
2. Wasiat yaitu nasihat seorang yang akan meninggal dunia atau akan berpisah kepada seorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk mengerjakan sesuatu dari orang yang telah meninggal tersebut. Wasiat memiliki banyak persamaan dengan khutbah, hanya saja umumnya wasiat lebih ringkas. Salah satu contoh wasiat ialah disaat Dzul Isba’ Al-‘adwani merasakan ajalnya ia memanggil anaknya Usaid, ia menasihati anaknya dengan beberapa nasihat demi mewujudkan kedudukan yang mulia ditengah manusia dan menjadikannya seorang yang mulia, dan terhormat maka dia berwasiat kepada anaknya tersebut sebagai berikut:
ألن جانبك لقومك يحبوك, وتواضع لهم يرفعوك, وابسط لهم وجهك يطيعوك, ولا تستأثر عليهم بشيء يسودوك,أكرم صغارهم كما تكرم كبارهم و يكبر على مودتك صغارهم, واسمح بمالك, و أعزز جارك وأعن من استعان بك, وأكرم ضيفك, وصن وجهك عن مسألة أحد شيئا, فبذلك يتم سؤددك
“Berlemah lembutlah kepada
manusia maka mereka akan mencintaimu, dan bersikap rendah hatilah niscaya
mereka akan mengangkat kedudukanmu, sambut mereka dengan wajah yang selalu
berseri maka mereka akan mentaatimu, dan janganlah engkau bersikap kikir maka
mereka akan menghormatimu. Muliakanlah anak kecil mereka sebagaimana engkau
mencintai orang-orang dewasa diantara mereka, maka anak kecil tadi akan tumbuh
dengan kecintaan kepadamu, mudahkanlah hartamu untuk kau berikan, hormatilah
tetanggamu dan tolonglah orang yang meminta pertolongan, muliakanlah tamu dan
selalulah berseri ketika menghadapi orang yang meminta-minta, maka dengan itu
semua sempurnalah kharismamu.”[11]
2. Hikmah yaitu
kalimat yang ringkas yang menyentuh yang bersumber dari pengalaman hidup yang
dalam, di dalamnya terdapat ide yang lugas dan nasihat yang bermanfaat.
Contoh Hikmah:
آفة الرأي الهوى
“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya.”
مصارع الرجال تحت برو ق الطمع
“Kehancuran seorang lelaki terletak dibawah kilaunya ketamakan.”[12]
Contoh Hikmah:
آفة الرأي الهوى
“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya.”
مصارع الرجال تحت برو ق الطمع
“Kehancuran seorang lelaki terletak dibawah kilaunya ketamakan.”[12]
3. Matsal
yaitu kalimat singkat yang diucapkan pada
keadaan atau peristiwa tertentu. Contohnya:
سبق السيف العذل
“pedang telah mendahului celaan.”
Dalam ceritanya, matsal tersebut dikatakan oleh seorang ayah yang mengutus anaknya untuk mencaru
untanya yang hilang, namun anaknya tak kunjung pulang, maka pergilah sang ayah
untuk mencari anaknya tersebut pada bulan haram. Di tengah perjalanan ia
bertemu dengan seorang pemuda dan menemaninya. Sang pemuda itu kemudian
berkata: “Beberapa waktu yang laluaku bertemu dengan seorang pemuda dengan
ciri-ciri begini dan begini dan aku rampas pedang ini darinya.” Sang ayah pun
berpikir dan melihat pedang tersebut. Barulah ia sadar bahwa pemuda itu telah
membunuh anaknya. Sang ayah pun menebas pemuda itu hingga mati. Ketika
masyarakat melihat hal itu mereka mengatakan: “ mengapa engkau membunuh pemuda
itu pada bulan haram?” maka sang ayah pun menjawab dengan menggunakan matsal di
atas yang berarti “nasi sudah menjadi bubur” di mana celaan tidak akan mampu
merubah kejadian yang telah terjadi.[13]
b) Al-Mu’allaqot
Mu’allaqat
adalah qasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliyah
dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian Al-Mu’allaqot ini diabadikan dan
ditempelkan didinding-dinding Ka’bah pada masa Jahiliyah. Dinamakan dengan
Al-Mu’allaqot ( Kalung ) karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai
perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Para pujangga Al-Mu’allaqot
berjumlah tujuh orang, yaitu Amru Qais, Zuhair, Tharafah, Nabighah, Antarah, Amru bin Kulsum, dan Haris
bin Hilizah.
Contoh Syair Al-Mu’allaqot :
Perang yang begitu dahsyat berkecamuk
antara kabilah ‘Abs dan kabilah Dzubyan hanya dikarenakan pacuan kuda, perang
ini berlangsung hingga 40 tahun lamanya, maka dua orang pembesar dari kabilah
lain yaitu Haram bin Sinan dan Al-Harits bin ‘Auf berupaya mendamaikan kedua
kabilah tersebut dengan menanggung kerugian akibat perang yang dialami oleh
kedua belah pihak, dan akhirnya perangpun berhenti. Hal ini memberikan
kekaguman yang luar biasa bagi diri Zuhair bin Abi Sulma sehingga ia
menciptakan sebuah Qosidah yang begitu indah dalam rangka memuji kedua orang
tersebut. Zuhair berkata:
سئمت تكـاليـف الـحياة ومن يعش ثـمانين حولا-
لا أبا لك – يسـأم
وأعـلم مـا في اليوم والأمـس قبلـه ولكنني عن علم ما في غـد عـم
ومـن هـاب أسبـاب المـنايـا ينلـنه ولـو نـال أسباب السـماء بسلــم
ومن يجعل المعروف في غير أهله يـعــد حـمـده ذمـا عــليه فيـندم
ومهما تكن عند امرئ من خـليقة ولو خالها تخفى على الناس تعلم
لأن لـسان الـمـرء مـفـتـاح قــلـبه إذا هو أبدى مـا يـقول من الـفـم
لسان الفتى نصف و نصف فؤاده ولم يبق إلا صـورة اللحـم والدم
وأعـلم مـا في اليوم والأمـس قبلـه ولكنني عن علم ما في غـد عـم
ومـن هـاب أسبـاب المـنايـا ينلـنه ولـو نـال أسباب السـماء بسلــم
ومن يجعل المعروف في غير أهله يـعــد حـمـده ذمـا عــليه فيـندم
ومهما تكن عند امرئ من خـليقة ولو خالها تخفى على الناس تعلم
لأن لـسان الـمـرء مـفـتـاح قــلـبه إذا هو أبدى مـا يـقول من الـفـم
لسان الفتى نصف و نصف فؤاده ولم يبق إلا صـورة اللحـم والدم
Aku telah letih merasakan beban kehidupan
Sungguh aku letih setelah hidup delapan puluh tahun ini
Aku tahu apa yang baru saja terjadi dan kemarin hari
Namun terhadap masa depan sungguh aku buta
Barang siapa yang lari dari kematian sungguh akan menemuinya
Walau ia panjat langit dengan tangganya
Barang siapa yang memuji orang yang tak pantas dipuji
Maka esok hari pujiannya itu akan disesali
Seorang manusia tentu memiliki tabiat tertentu
Walau ia sangka tertutupi pasti orang lain akan mengetahui
Itu karena lidah seseorang adalah kunci hatinya
Lidahnyalah yang menyingkap semua rahasia
Lidah itu adalah setengah pribadi manusia dan setengahnya lagi adalah hati
Tidak ada selain itu kecuali daging dan darah sahaja.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian
di atas dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bangsa Arab secara
geografis terbagi kepada dua yakni bangsa Arab tengah dan bangas Arab pesisir.
Bangsa Arab tengah, berupa masyarakat Badui adalah masyrakat dengan gaya hidup
pedesaan dan nomadik. Sementara masyarakat pesisir adalah masyarakat yang telah
hidup menetap dan bermata pencaharian berupa bertani dan berniaga. Gaya hidup
dan kondisi alam ini tentu menyebabkan kehidupan diantara dua golongan
masyarakat itu berbeda. Masyarakat badui kental dengan budaya kesukuan, tabiat
berperang, dan lain sebagainya. Sementara itu, masyarakat pesisir telah bisa
membinaberngai macam budaya, bahkan kerajaan. Meskipun demikian, diantara
keduanya tetap terdapat kesamaan, yakni mahir dalam menggubah syair.
2. Syair memiliki
peranan penting sebagai sumber sejarah bangsa Arab. Syair memberikan petunjuk
mengenai peperangan-peperangan, adat-istiadat, dan budi pekerti bangsa Arab.
3. beberapa jenis syair
berdasarkan tujuannya, yaitu:
a) Tasybib
b) Washfu
c) Ratsa
d) Fakhr
e) Madch
f) I’tidzar.
g) Hijaa.
4. Selain syair, adapula
beberapa seni sastra bangsa Arab lainnya seperti khutbah, hikmah, matsal,dan
muallaqat.
DAFTAR PUSTAKA
Haekal,
Muhammad Husein. 2007. diterjemahkan oleh Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa.
Hasjmy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Hosein, Oemar Amin. 1975. Kultur Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Misbah, Ma’ruf, dkk. 1996. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Wicaksana.
Syalabi, A. 1992. Sejarah dan Kebudayaan Islam (jilid I). Jakarta: Pustaka Alhusna.
Yatim,
Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam,
Dirasah Islamiyah II. Jakarta: RajaGrafindo.
[2] Ahmad Amin, Fajr al-Islam, (Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al- Mishriyah, 1975),
h.1-2 dalam Dr. Badri Yatim. Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: RajaGrafindo, 2008).
[3] DR. Oemar Amin Hosein, Kultur Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), h. 486-487.
[4] Muhammad Husein Haekal, diterjemahkan
oleh Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad,
(Jakarta: Litera AntarNusa, 2007), h.16.
[5]
Drs. Ma’ruf Misbah, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang:
Wicaksana, 1996), h.3.
[6]
Prof. A. Hasjmy, Op.Cit, h.21.
[7] Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (jilid I),
(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1992), h. 56.
[8]
Prof. A. Hasjmy, Op.Cit, h, 24.
[10]
http://podoluhur.blogspot.com/.com/2009/05/bangsa-arab-sebelum-islam.html.
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
kadada gawian.. makalah di masukkan.. hahha
ReplyDeleteTuh pank gawian dah...hee.
ReplyDeletekaina sakripsi pulang.. :p
ReplyDeleteYo'i...tp skripsimu aja...hee
ReplyDelete