Pacitan: Pengalaman Pertama Ikut Open Trip
Pacitan, sebulan sebelum liburan
saya memang pernah browsing di google tentang beberapa objek wisata di tempat
ini. Bagus sih cuma gak ada niatan buat benar-benar pengin ke sana. Pasalnya,
akhir tahun ini sudah difokuskan mau ke Bali. Menghabiskan 4 hari di akhir
tahun buat menelusuri pulau Dewata yang terkenal indah itu. Tapi kita punya
rencana, Tuhan juga yang punya kuasa. Seminggu
sebelum hari H, teman satu-satunya yang mau ikut batal karena suatu alasan yang
mau tidak mau memang harus ditoleransi. So, liburannya gagal? Gak juga. Sebagai
alternatif kali ini saya pengin coba ikut open trip. Kenalan sama orang-orang
baru yang punya satu visi dan misi, hobby jalan-jalan. Hee.
Well…coba-coba lihat postingan di
group Komunitas Backpacker Malang Raya (klik linknya di sini), nemu satu ajakan
buat nge-trip ke Pacitan. Destinasnya 4 pantai dan 1 Goa dalam 2 hari. Wuih…keren
kayanya. Karena tertarik saya pun coba buat contact yang posting (namanya Mbak
Iis) lewat pesan Fb. Balas-berbalas akhirnya tertarik dan saya iyakan juga.
Secepat itu, padahal kan gak kenal dan gak pernah kenalan? How can I trust her? Ini open trip pertama jadi wajar kalau memang
kita bisa ragu buat jalan sama orang yang natap muka bahkan chatting pun
sebelumnya gak pernah. Saya coba dulu lihat-lihat halaman facebooknya mbak ini.
Lihat biodata dan foto-fotonya. Kelihatan kalau mbak Iis ini bolangwati banget,
banyak foto travelling ke berbagai destinasi and I think I can trust her.
Perjalanan dimulai dari Malang
pukul 13.30. Meeting point di Kediri sehingga waktu itu naik bus Puspa Indah dulu
dengan tiket Rp 21.000,-. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Bukan karena
macet tapi memang busnya agak pelan. Mungkin sopirnya pemegang teguh prinsip alon-alon asal kelakon. Ditambah lagi, bus
yang ditumpangi kelewatan karena kondekturnya lupa nurunin saya ditempat yang
sudah disebutkan. Maklum, ini perjalanan pertama ke Kediri, jadi masih kosong
pengetahuan tentang alamat-alamat di sana. Alhasil, saya terlambat sekitar 30 menit
buat ketemuan di Samsat Katang, Kediri sebagai meeting point kita. Untungnya
Mbak Iis masih berbaik hari buat menjemput.
Tiba di kantor Samsat, para
personil lainnya udah ngumpul dan siap berangkat. Ternyata target 14 orang
tidak terpenuhi dan yang benar-benar bisa cuma 6 orang waktu itu. Gak masalah
sih, sing penting budal. Hee.
Sekitar pukul 17.39, mobil
meluncur dan menuju destinasi. Sayang sungguh sayang, di seperempat perjalanan,
salah satu anggota, Mas Widodo harus mengundurkan diri dan izin balik karena
ibu beliau sakit. Jadinya, komposisi kita waktu itu cuma berlima: saya, mbak
Iis, Mbak Yuni, Mbak Sofia, dan Mas Idris. Sekali lagi gak papa, sing penting budal.
Panjang juga perjalanan ke
Pacitan. Jalur yang dilewati adalah jalur Trenggalek-Ponorogo-Pacitan. Kami
baru tiba di hotel waktu itu tepat pukul 00.41. Nama hotelnya Rajawali, berada
sekitar 100 m dari pintu masuk Pantai Teleng Ria. Karena sudah larut, acara
satu-satunya adalah melanjutkan tidur dari kursi mobil ke kasur yang empuk.
Akhirnya, sampai.:-)
Hotel dan fasilitasnya
Ba’da Shubuh dan sehabis mandi,
saya berangkat sendiri jalan kaki menuju pantai Teleng Ria. Di sana sudah ada
mbak Iis yang lebih dulu karena ingin mendapatkan momen sunrise.
Niat hati ingin menggapai sunrise, apa daya fotographer tak mampu.
Puas menikmati sunrise, kami
kembali ke hotel buat sarapan. Di hotel ini, biaya menginap sudah termasuk
sarapan dengan dua menu pilihan yaitu Pecel atau Nasi Goreng. Sebelum check
out, kami sekali lagi mengunjungi Teleng Ria. Kali ini berlima.
Kita berlima
Setelah puas bermandikan sinar
mentari pagi, kami putuskan buat balik ke hotel untuk check out dan lanjut ke
destinasi selanjutnya. Well, overall jalan menuju pantai di Pacitan mulus
sekali. Dan kebetulan waktu kami ke sana jalannya masih baru diaspal. Suasana kanan
kiri jalan juga masih asri. Di pinggir jalan masih terlihat rumah-rumah warga
dengan bentuk tradisional khas Jawa seperti terlihat di film atau sinetron
kolosal Indonesia. Namun, ketika kami
menuju ke destinasi pertama yaitu Pantai Banyu Tibo semakin ke dalam jalan
semakin sempit. Tidak diaspal seperti jalan sebelumnya. Hanya ada jalan muat
satu mobil dengan semen sebagai pengeras seadanya. Selain itu, jalan juga sepi.
Tidak tampak mobil atau kendaraan wisata lainnya. So, kesimpulannya, objek
wisata ini mungkin tidak terlalu dikenal. Padahal pantai inilah yang membuat
saya excited pengin ke Pacitan. Soalnya ada air terjun yang persis jatuh di
pinggir pantai menurut foto mbah Google. Telasur telusur mengikuti jejak papan
petunjuk, kita sampai juga. Pandangan pertama agak sedikit kecewa, karena yang
kita lihat bukan hamparan pasir. Tapi hanya laut. Tepatnya mungkin seperti
sebuah tanjung. Tak ada mobil wisatawan. Sepi, hanya ada beberapa penduduk yang
duduk di sebuah gardu. Tapi sedikit berjalan dan mendekat…Wow, pemandangan yang
tersaji begitu Indah. Di antara tebing itu ada sebuah cekungan yang membentuk
pantai mini. Karena ada aliran sungai yang mengalir dan bermuara ke tebing
pantai mini tersebut, terbentuklah air terjun yang jatuh persis di atas pasir
coklat yang begitu bersih. It’s like a
private beach with exotic panorama. Gimana gak private, wong cuma kita
pengunjung di sana. Hee. Menurut survey di google, pantai mini itu gak bisa
dinikmati seharian. Sebaiknya pukul 13.00 siang kita udah naik karena khawatir
gelombang pasang dan ombak semakin besar. So, kita gak terlalu lama di sana dan
lanjut ke pantai selanjutnya.
Jalan menuju Pantai Banyu Tibo
Air Terjun Pantai Banyu Tibo
Awas, kadang muncul penampakan dibalik air terjun ini:-)
The beauty of Pantai Banyu Tibo
Kerennya Pacitan itu, dalam area yang berdekatan kita bisa ketemu beberapa objek pantai dan Goa. Di perjalanan saya lihat
beberapa papan petunjuk yang bertuliskan nama-nama pantai dan goa. So,
simpelnya suka pilih deh mau ke mana. Tergantung berapa banyak waktu yang kita
punya. Sesuai jadwal, destinasi berikutnya adalah pantai Klayar. Sepertinya
pantai ini sudah cukup terkenal melihat banyaknya kendaraan wisatawan yang
hilir mudik di jalan. Setibanya di sana, satu kata yang pas: “Puanasi Poul, Rek.” Kalau urang banjar
bilang Panasnya Manggantang. Ini
karena kami tiba di sana menjelang pukul 12 di mana terik matahari memang
sedang meradang. So, setiba di sana kami hanya melihat-lihat jualan cendramata
sperti kaos, batu alam khas Pacitan, dan yang paling utama mencari makan. Untuk
kategori warung area wisata, harga bisa dibilang bersahabat. Kisaran harga
makanan hanya Rp 6.000 – 10.000. Es degan cuma Rp 3000,- dan itu bis di pesan
utuh atau sudah diparut ke cangkir. So, harga masih bersaing dengan harga
jualan dekat kampus. Waktu itu saya pilih menu nasi ikan laut, entah karena
memang didukung suasana pantai dengan angin sepoi-sepoi, menu ikan laut
sederhananya terasa nikmat. Hmm…yummy.
Panasnya cuaca bikin kita agak
malas buat jalan-jalan. Setelah shalat, cuma saya dan mbak Iis yang mau
menelusuri Pantai Klayar. Lainnya lebih memilih buat santai di warung. Satu
yang menarik di sana, ada objek yang namanya seruling laut. So, itu kayak
sebuah lubang kecil di batu karang. Setiap kali ada ombak besar yang datang dari
bawah dan masuk ke lubang itu, maka otomatis akan keluar seperti layaknya air
mancur. Dan buat nunggu momen kayak gitu biar bisa ketangkap sama kamera,
nunggunya memang mesti sabar. Tapi Alhamdullillah dapat juga. ;-)
Mbak Iis lagi narsis.com
Foto model tidak dikenal:-)
Seruling laut sakti, nunggunya lama banget
Next, waktu udah mejelang sore.
So, hanya ada satu destinasi lagi, yaitu Goa Gong. Pantai Pancer sepertinya
harus dihapuskan dari list karena waktu kita sudah tak cukup lagi. Sebenarnya,
saya termasuk yang tidak tertarik sama objek wisata Goa. Pasalnya, goa itu ya
seperti itu-itu saja. Tapi setelah masuk, well, kali ini beda. Ternyata stalagnit
dan dinding goa yang terbentuk akibat proses alam benar-benar tampil cantik. Tempatnya
juga sudah dikelola dengan baik. Jalan menuju goa dijejeri dengan para penjual
cendramata. Selain itu, di goa sendiri telah disediakan beberapa kipas turbo
agar tidak terlalu panas. Jalan dalam goa telah diberi tangga sehingga mudah
ditelusuri. Di tambah lagi, lampu-lampu hias juga semakin mempercantik tampilan
goa yang kadang-kadang kita bisa mendengar suara gong sesekali. Salut buat pemerintah dan warga yang mau
peduli terhadap objek wisata seperti ini. Semoga Kalsel juga begitu ke
depannya. Hee.
Sebelum masuk, Jepret dulu mas and mbak Bro....!
Biasa aja mas wajahnya, gak usah gitu:-)
A closing picture
Puas menelusuri goa, berbelanja, dan mandi,
kita pun akhirnya pulang. Tiba di Kediri larut malam dan saya pun harus
menginap di kantor Samsat karena tidak memungkinkan untuk balik ke Malang
malam-malam. Perjalanan berakhir dan inilah cerita ikut Open Trip perdana saya.
Well, exciting sih. Kita bisa pergi tanpa harus menunggu orang lain buat bisa. Agak
kagok juga waktu pertama karena saya orangnya sangat kaku buat memulai
pembicaraan dan berkomunikasi dengan orang baru. Tapi, lama-kelamaan asyik kok.
Toh, tujuan kita sama-sama buat mencapai tempat yang dituju. Sedikit demi
sedikit kita juga bakalan bisa membangun komunikasi selama diperjalanan. So,
hikmah ikut open trip itu, selain bisa nambah referensi travelling kita, juga
bisa nambah kenalan. Happy Holiday…..Thanks buat mbak Iis, mbak Yuni, mbak Sofia, Mas Idris, n Mas Widodo....see u in the next trip:-)
No comments:
Post a Comment