Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Saturday, October 22, 2011

My Short Stories (Rahasia Jodoh Part I)

Rahasia Jodoh
Sarapan pagi ini dengan nasi putih dan telur dadar bercampur mie yang dibagi empat ditambah sedikit sayur pucuk gumbili. Namun entah kenapa rasanya begitu nikmat ditambah lagi dengan udara kampung ini yang terasa sejuk.
            “Kenapa masakan pagi ini terasa begitu nikmat ya Sal? Padahal sepertinya biasa-biasa saja.” tanyaku pada Faisal sambil beriringan menuju  rumah para ikhwan.
            “Ya…iyalah terasa nikmat dan berbeda kan yang giliran masak pagi ini Nur Laila.” Jawab Faisal dengan ekspresi wajah dan suara yang seolah meledekku.
            “Oh…ya” kataku berusaha menyembunyikan perasaan yang ada dihatiku.
            “Tuh….kan Man, apa ku bilang, Nur Laila itu wanita yang sempurna, dia pintar, masakannya oke, Sholehah iya, Qariah pula, soal cantik jangan ditanya, dan plus penyabar. Apa lagi yang dicari seorang pria  dari seorang Laila. Makanya, kubilang tembak dia, nyatakan cintamu padanya sebelum orang lain mendahuluimu.”
            “Hus, kau kan tau aku tak mau pacaran sebelum nikah.” Jawabku.
            “Siapa juga nyuruh kalian pacaran, aku hanya menyuruh kau menyatakan Cinta. Lagi pula aku yakin, Laila juga tak mungkin mau berpacaran. Aku hanya kasihan melihatmu, satu tahun setengah sejak masuk LDK memendam cinta padanya. Man, kau bisa menyembunyikan perasaanmu pada yang lain, tapi pada sahabatmu ini, kau tak bisa Man.”
            “Sudahlah”, kataku “Jangan bahas itu lagi. Sebaiknya kita siap-siap bantu warga desa yang mau mendirikan panggung untuk acara tabligh dan  lelang malam ini.
###
Acara tabligh akbar dan lelang malam ini berlangsung sukses. Aku bertugas sebagai pembawa acara.  Alhamdulillah, hasil yang diperoleh cukup banyak. Semua akan disumbangkan untuk pembangunan langgar. Semoga ini akan menjadi amal jariyah bagi kami semua. Amin.
Satu hal yang begitu mengesankan bagiku di malam itu. Nur Laila tampil sebagai pelelang dan atas Request penonton maka dia harus menyanyikan lagu India “O...Syaiba” bersama Sari. Sedikit lucu bagi teman-temanku terdengar, tapi bagiku keindahan suara Laila seolah menjadi air yang menyiram bunga-bunga cinta di hatiku.
“Ya Rabb…cinta ini semakin bertumbuh dan memenuhi hatiku. Jika bukan karena-Mu niscaya aku telah menjadi hamba cinta bagi Laila. Kumohon Ya Rabb…Kuatkan imanku pada-Mu.” Jerit hatiku.
###
            Hari berlalu, sejak kepulanganku dari pengabdian masyarakat di Tariban, cintaku terhadap Laila terasa kian bertambah. Sulit sekali melupakannya. Aku hanya bisa curhat kepada Allah di tiap tahajudku.
            “Ya…Allah, sampaikan hamba pada cita-cita hamba dan hamba memohon jangan jadikan hamba termasuk orang-orang yang lalai terhadapmu, dikarenakan godaan harta, tahta, dan wanita. Ya…Rabb, hanya engkau yang mengetahui seberapa besar cinta hamba terhadap Laila. Jangan jadikan dia berhala dihatiku Ya Rabb…Jagalah dia untukku jika memang dia jodohku. Pertemukan kami di jalan yang Kau ridhai. Amin”
            Dan tiap malam telah menjadi saksi  bisu akan keteguhan hatiku memohonkan doa itu. Sampai aku semester tujuh cintaku terhadap Laila masih tersimpan rapat di hati.
Suatu hari.
            “ Hai Man” seru Faisal yang mengejutkanku yang tengah duduk di payung Tarbiyah menunggu dosen masuk.
            “Ah, kau Sal, mengejutkanku saja. Ada apa sepertinya ada yang ingin kau sampaikan.”  Tebakku melihat ekspresi wajahnya yang begitu cerah.
            “Ah…kau ini Man, seperti peramal saja yang tahu isi hatiku. Begini Man, tadi malam kan ada selamatan di rumah Laila. Nah, pas Laila sedang meminjam piring di rumahku dan menunggu ibuku menghitung piring itu. Aku punya kesempatan untuk berbicara pada Laila dan langsung saja kukatakan bahwa selama ini kau ada hati dengannya.”
            “Hah…”teriakku tak sadar karena terkejut dan secara reflek orang-orang di sekitar kami menatap. “ Kau berkata begitu kepada Laila.” Dengan nada berbisik bercampur gusar kepada Faisal. “Kenapa kau ini, aku tak pernah sedikitpun berkata kepadamu bahwa aku  mencintai Laila. Tapi kenapa kau begitu berani berkata seperti itu tanpa seizinku.” Kataku pelan dengan ekspresi benar-benar marah terhadap Faisal. Beruntung waktu itu di kampus, jika tidak mungkin aku juga tak bisa menahan emosiku.
            “Tapi kan Man, sejak semester dua, aku tahu begaimana perasaanmu terhadap Laila. Aku hanya tak mau, Gofran yang juga mencintai Laila mendahului sahabatku. Dan kau mau tahu bagaimana ekspresi Laila,  dia hanya diam dan wajahnya memerah, dia tak menjawab apa-apa.”
            “Jodoh itu di tangan Allah Faisal, siapa pun yang mencintai Laila, bukan hakmu untuk takut terhadap apa yang akan menjadi takdirku. Sudahlah, aku mau ke lokal.” Kutinggalkan Faisal yang sepertinya merasa begitu menyesal.
            Hari ini dan seterusnya aku merasa serba salah di kelas. Aku begitu malu terhadap Laila. Dia tahu perasaanku dan ini gara-gara Faisal. Aku menjadi malu untuk bertemu apalagi untuk berbicara dengan Laila. Tapi apa mau dikata, kami satu lokal dan satu organisasi pula. Aduh…Ya Rabb…(Bersambung)

No comments:

Post a Comment