Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Monday, March 26, 2012

Makalah Psikologi Agama


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil a’lamin, segala puji bagi Allah SWT atas taufiq dan hidayah yang telah diberikanNya, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tanpa hambatan yang berarti.
Makalah ini disusun tidak lepas dari dukungan orang-orang yang disayangi oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, seandainya dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan serta kekurangan-kekurangan yang penulis lakukan. Semoga apa yang diberikan oleh semua pihak yang membantu pembuatan makalah ini mendapat balasan dari Allah SWT.
Nasehat dan saran pembaca sekalian sangat penulis harapkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin,       Juni 2008

                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI


                                                                                                                                   Hal.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...  i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..   ii
BAB I             PENDAHULUAN………………………………………………………..  1
  1. Latar belakang Masalah………………………………………………....  1         
  2. Tujuan penulisan…………………………………………………………  1
  3. Metode penulisan…………………………………………………………  1
  4. Batasan Masalah………………………………………………………….  1
BAB II  ISI………………………………………………………………………..  2
  1. Timbulnya Jiwa Keberagamaan Pada Anak…………………………..   2
  2. Beberapa Teori-teori Tentang Timbulnya Jiwa Keberagamaan Pada
Anak………………………………………………………………………   3
BAB III SIMPULAN…………………………………………………………….  5

DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tak berdaya, namun demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat laten, dalam perkembangannya manusia dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan dan salah satu sifat hakiki manusia adalah mencapai kebahagiaan itu, manusia membutuhkan agama.
  1. Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah “Psikologi Agama”. Selain itu juga untuk membantu pemahaman kita tentang “Timbulnya jiwa keberagamaan pada anak”.
  1. Metode penulisan
Metode yang digunakan Penulis dalam makalah ini adalah metode kepustakaan.
  1. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, Penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada hal-hal sebagai berikut :
1.      Timbulnya jiwa keberagamaan pada anak.
2.      Beberapa teori-teori tentang timbulnya jiwa keberagamaan pada anak.










BAB II
ISI

A.    Timbulnya Jiwa Keberagamaan Pada Anak.
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan lemah, namun ia telah memiliki kemampuan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap, lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, maka anak yang menuju dalam kedewasaan memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu :
1.      Prinsip biologis.
Anak yang baru lahir, belum dapat berdiri sendiri dalam arti masih dalam kondisi lemah secara biologis.
2.      Prinsip tanpa daya.
Anak yang baru lahir hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia tidak berdaya untuk mengurus dirinya.
3.      Prinsip eksplorasi.
Jasmani dan rohani manusia akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih, sehingga anak sejak lahir baik jasmaninya maupun rohaninya memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan yang berlangsung secara bertahap. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.

Sejak dilahirkan anak membawa fitrah beragama. Fitrah ini baru berfungsi setelah melalui proses bimbingan dan latihan.[1]



Dalam al-Quran surat ar-Rum ayat 30, Allah berfirman :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠)
Artinya :Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [2](Q.S. ar-Rum : 30)
Secara  Implisit, Fitrah dalam ayat tersebut bermakna potensi untuk beragama, keinginan beragama, dan juga potensi untuk tidak beragama. Kecenderungan / potensi itu tidak akan dirubah oleh Allah, artinya memang demikian manusia itu diciptakan. Dengan demikian, memang sejak lahir manusia sudah membawa potensi untuk beragama.[3]
   
B.     Beberapa Teori-teori Tentang Timbulnya Jiwa Keberagamaan Pada Anak.
1.      Rasa Ketergantungan (sense of depende).
Manusia dilahirkan ke Dunia ini memiliki empat macam kebutuhan, yaitu keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new experience), keinginan untuk mendapat tanggapan (response), dan keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada anak.
2.      Instink Keagamaan.
Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, di antaranya intsink keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan anak jauh sebelum usia 7 tahun. Artinya jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Nilai keagamaan itu sendiri bisa berarti perbuatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan atau hubungan antar sesama manusia.



















BAB III
SIMPULAN

Kehidupan manusia mempunyai potensi beragama sejak kelahirannya di dunia. Potensi bawaan (agama) tersebut memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Tanda-tanda keagamaan pada diri anak tumbuh terjalin secara integral sejalan dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaannya. Namun demikian pengalaman-pengalaman yang diterima oleh anak dari lingkungan akan membentuk rasa keberagamaan pada dirinya. Oleh karena itu, perlu usaha bimbingan dan latihan dari pendidik seiring dengan perkembangan anak.




















DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Jakarta : Pustaka Pelajar.
Sm, Ismail. dkk. 1996. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka Pelajar.



[1] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 65.
[2]Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan, lih. Tejemahan al-Quran  Depag R.I.
[3] Ismail Sm. dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h. 220.

No comments:

Post a Comment