Selamat Datang Di Blog Iyan Al-Balangi.Terima kasih telah berkunjung.

Label

Monday, January 14, 2013

Hikayat Pencuri CD


Hikayat Pencuri CD (Part I)


Musibah itu Datang
Sore itu suasana kampung terusik oleh sebuah tangisan. Sedu-sedan itu terdengar begitu pilu. Seorang wanita paruh baya tengah terisak menatapi musibah yang menimpanya. Tak ada simbahan darah, tak ada tanda kematian, atau pun tanda bahwa wanita itu dianiaya. Jadi apa gerangan sebab petaka yang dialaminya?
Ringan sungguh bila dilihat dari sisi mata manusia. Namun berharga dan bernilai tiada banding akan musibah itu di mata sang wanita. Memang sudah tabiat, bahwa nilai suatu masalah tidak bisa ditaksir dengan pandangan kita atau pandangan umum kecuali oleh hati yang mengalaminya.
Nelangsa, begitulah gambaran wanita itu saat ini. Kesedihan begitu terlukis diraut mukanya. Kepedihan dan rasa kehilangan tampak dari setiap butir bening yang jatuh disudut matanya.
“Sudahlah, Bu Izha. Jangan terlalu kau pikirkan masalah ini. Kami tahu bahwa barang ini sungguh berharga bagimu. Namun percayakanlah pada semua warga dan polisi. Mereka akan membantumu sebisa mungkin.” Bujuk Bu RT.
Wanita itu hanya mengangguk lemah.
***
Hilang
Siang itu Izha tertidur pulas. Ia kelelahan setelah mencuci pakaian yang begitu banyak. Di usia senjanya, Izha hanya tinggal sendiri. Entah kenapa di usianya yang sudah tak muda lagi, dia belum memutuskan untuk mencari pasangan hidup.
Cetang, cetung, cetar…..
Entah suara apa itu. Namun Izha terbangun dan langsung lari ke arah jemuran. Dia melihat seseorang tengah lari dan kemudian memanjat pagar. Dia begitu terkejut dan langsung berteriak.
“Maling….tolong…maling.”
Teriakan Izha yang begitu cempreng membahana badai itu pun bak membelah langit. Suaranya menembus awan hingga seluruh warga berlarian menuju rumahnya. Setibanya mereka di sana. Izha sudah terduduk. Menangis, Meraung. Terisak dan berbisik.
“Celana dalam batik kesayanganku hilang.”
***
Musyawarah
Malang yang menimpa Izha rupanya telah menggerogoti batin dan raganya. Tubuhnya mengurus dan tatapan matanya telah kehilangan cahaya kehidupan. Miris sekali hati orang-orang yang melihatnya.
Sore itu dirumah Bu RT.
“Bu, kita harus menemukan kembali CD itu. Kasihan sekali aku melihat Bu Izha seperti itu. Dia seperti kerakap tumbuh batu, hidup segan mati tak mau.” Ucap Bu Kurniati.
“Iya, sepertinya benda itu memang sangat berharga baginya.” Tambah Pak Rifqi.
“Ya jelas berharga bapak dan ibu sekalian, itu adalah satu-satunya peninggalan mantannya dulu. Mantan yang amat dicintainya, yang sekarang pergi entah ke mana.” Jawab Bu RT.
“Oh, begitu toh Jeng, aku baru tahu loh meskipun sudah lama bertetangga.” Sahut Bu El.
“Sekarang, mari kita pikirkan bersama-sama strategi untuk menangkap penjahat itu. Semua orang kampong harus bergerak untuk mengumpulkan semua bukti yang diperlukan. Selain itu, ronda juga harus kembali kita berlakukan demi meningkatkan keamanan di kampong kita.” Ucap Azmi.
Malam itu, semua berunding. Memikirkan cara memancing agar maling itu bisa tertangkap. Semua bukti yang diketahui diungkap. Segala kecurigaan yang terlintas dibenak dilontarkan dan didiskusikan bersama-sama. Dalam suasana itu, ada satu yang hanya diam dan tampak gugup.
***
Petunjuk itu datang
            Sopo sing salah bakal seleh. Setelah berbulan-bulan pencaharian dan semua bukti telah terkumpul akhirnya titik terang itu mulai tampak. Rupanya, maling itu meninggalkan sebuah bukti yang tercecer. Bukti itu sepertinya merupakan sebuah jimat. Benda itu berbentuk benda berbungkus kain hitam dan kain kuning. Di dalam bungkusan itu tertulis kata-kata aneh seperti “Meneh, Sughoi, Ning, dan Nani.”
            “Hmm…ini bisa menjadi bukti yang akan membawa kita kepada siapa pelaku pencurian ini.” Ucap Azmi.
            “Bagaimana caranya, Bang?” Tanya bu RT.
            “Ini pasti mantra dari seorang dukun. Dukun sakti yang menjadi partner dari maling tersebut. Dia menggunakan jimat ini agar aksinya tidak pernah bisa diketahui.” Jawab Azmi.
            “Jadi?” Sahut Bu Kurniati.
            “Kita harus membawa Jimat ini kepada Mbah Katuyung. Beliau adalah ahli dalam hal ini. Beliau pernah membuat penelitian R&D, yaitu membuat peta perdukunan di Indonesia dengan pembatasan masalah pada jenis mantra. Banyak pihak polisi yang telah menggunakan jasanya bila berkaitan dengan masalah ini.” Terang Azmi.
            “Baiklah”, kata Bu RT. “Secepatnyalah kau datangi dia.”
***
Tersangka
            Azmi mendatangi Mbah Katuyung yang berada di desa sebelah. Dia menunjukkan jimat milik pencuri itu.
            “Hmm…dari struktur mantranya, duku ini adalah orang dari desa Anda. Hasil analisis saya menunjukkan bahwa dukun ini ahli dalam bidang penyamaran, penghilangan bentuk, dan hal-hal berbau wanita. Kelemahannya adalah wanita cantik dan gadget-gadget canggih.  Jadi, bila saudara ingin mengungkap siapa yang telah menggunakan jasanya, saudara harus bawa salah satu dari kelemahannya itu.” Jelas Mbah Katuyung.
            Setelah itu Azmi langsung berpamitan dan bergeges pulang. Namun dicegat Mbah Katuyung.
            “Heh…Hasil analisisku bisa saja melemah anak muda bila kau tidak beri penguat.”
            “Oh,” Kata Azmi sembari menyerahkan amplop, “Maaf Mbah saya lupa.” Huhuhuf.
            Setibanya di kampung, Azmi langsung mengumpulkan warga di rumah Bu RT. Dia menceritakan semua yang ia dapat dari Mbah Katuyung.
            “Kira-kira siapa ya dukun itu. Aku telah melihat semua data-data warga. Tapi tak ada yang pekerjaannya dukun.”
            “Cabe Deh,” Sahut Bu Kurniati sampil tepok jidatnya yang bersinar benderang, “Mana ada kale yang nulis pekerjaan dukun waktu pembuatan KTP ato isi biodata, Bu.”
            “Oh iya…ya. Hehe…” Bu RT hanya bisa nyengir.
            “Sepertinya aku tahu,” kata Pak Rifqi. “Sebagai orang yang telah lama hidup di kampung ini, aku tahu semua warga dan jenis-jenis pekerjaannya dari dulu hingga sekarang. Seingatku Pak Restu yang tinggal di pojok kampung kita itu awalnya merupakan seorang dukun. Dia dikenal sebagai Mbah Restu Patagina. Dia bahkan sangat terkenal dulu karena ikut dalam reality-reality show pemburu hantu di Tv. Namun sejak acara itu tidak tayang lagi, otomatis dia berganti pekerjaan menjadi penjual pulsa.”
            “Iya benar itu kata Pak Rifqi.” Sahut warga lain yang sudah tua-tua.
            “Berarti sangat mungkin memang Pak Restu mengaktivasi kembali mantra-mantranya dan melakukan praktek secara sembunyi-sembunyi, Aku juga melihat gelagat aneh dari Pak Restu yang terkesan gugup waktu kali pertama kita berunding di sini” Tambah Bu El.
            Malam ini tersangka diputuskan. Mereka akan mengintrogasi Pak Restu pada besok hari.
***
Sementara itu, Izha hanya bisa terbaring selama satu setengah bulan sejak peristiwa itu. Jika bukan titik terang akan siapa pelakunya dan harapan dari Bu RT akan kembalinya CD itu, mungkin saja minggu itu telah menjadi minggu-minggu terakhirnya.
Pasukan Bu RT, Bu Kur, Bu El, Pak Azmi, dan Pak Rifqi pun mendatangi Pak Restu. Mereka merupakan menganggap diri mereka sebagai tim pencari fakta dengan nama “Manis Manja Detektif.”
Pada hari itu Pak Restu begitu tersudut, apalagi dia tergiur dengan hadiah Nokia Lumia yang ditawarkan meraka jika ia mau membongkar siapa pelaku sesungguhnya.
“Maafkan saya Bapak Ibu. Saya memang yang telah memberikan jimat itu. Jimat itu berfungsi agar maling tidak kelihatan alias bisa menghilang. Namun malang, sepertinya maling yang mencuri di rumah Izha sepertinya ceroboh dan menjatuhkan jimat itu.”
“Jadi, siapa pelakunya?” geram Bu RT.
“Dia adalah MR. Namun dia sesungguhnya hanya bekerja untuk seseorang yang sayta sendiri juga tidak tahu.” Jawab Pak Restu Gemetar.
“Baiklah, Pak. Atas kerjasama yang baik dari Bapak maka kami akan memaafkan Anda dengan syarat tidak ada lagi praktek perdukunan seperti ini lagi di kampung saya.” Ancam Bu RT.
“Baik, Bu. Saya paham.”
“Ya, sudah. Kami pamit dan Hpnya saya bawa kembali. Cuma sebagai pancingan. Whahahaha.” Tawa Bu RT membahana.
***
Dialah otak semuanya
Sejak hari itu mereka bekerja keras mencari MR sesuai dengan informasi yang diberikan Pak Restu. Siang, malam, pagi sore, ke sana ke mari mereka mencarinya. Dan usaha berbuah manis. MR Tertangkap. Dirumahnya mereka menemukan ratusan kardus berisi CD bekas.
“Oh…Jadi kamu ya yang selama ini pencuri yang meresahkan warga-warga kota ini. Berita-berita kehilangan celana dalam ini adalah ulahmu rupanya.” Teriak Bu RT sambil mencekik kerah baju MR.
“Maaf Bu. Bukan hanya saya, namun banyak lagi lainnya. Saya hanya pengumpul. Hasil pencurian ini kemudian akan saya kirimkan kepada Bos saya.
“Hmm…Bos kamu, siapa Dia? Cepat katakana! Teriakan Bu RT semakin menjadi-jadi.
MR hanya diam, sepertinya dia takut mengungkap siapa bosnya itu. Maka tidak ada cara lain. Bu RT pun memerintahkan Pak Rifqi dan Pak Azmi untuk mengeluarkan jurus rahasia pembuka tabir kebenaran.
“Cepat Rifqi dan Azmi, kalian keluarkan jurus kitik-kitik gelitik. Gelitiki orang ini sampai dia mau berkata jujur.” Perintah Bu RT.
Azmi dan Rifqi pun melancarkan serangannya. MR lemas dibuatnya hingga ia akhirnya menyerah.
“Baiklah…baiklah…aku akan memberitahu kalian.”
Bu RT dan tim pencari fakta “Manis Manja Detektif” pun tersenyum menang.
***

Bersambung Part II

No comments:

Post a Comment