Nikah,
Ragu?
Mengambil
keputusan untuk menjalin hubungan yang serius atau melangkah ke jenjang
pernikahan itu ternyata tidak mudah. Tidak seperti ketika kita mau memilih
untuk melanjutkan kuliah (mungkin ini analogi yang tidak sebanding). Ketika
kita mau melanjutkan kuliah, permasalahan itu hanya pada diri kita. Apakah kita
masih mau atau tidak, masih ada dana atau tidak, dan sebagainya. Sementara, ketika
kita mau menikah, maka kita melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan
itu. Mulai dari orang tua, calon mertua, keluarga besar, dan tentu saja
pasangan kita.
Kadang
ragu itu mungkin datang. Kata “cocok” dan “yakin” itu benar-benar merupakan
sebuah proses. Tidak disangkal mungkin dibenak kita pernah terlintas pertanyaan
“Benarkah ia cocok denganku?” “Benarkah kami berjodoh?” “Benarkah aku yakin
akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya?.” Pertanyaan pertanyaan ini harus
kita yakinkan benar dulu sebelum mengambil keputusan tersebut. Namun, satu hal yang
kita harus ingat bahwa rasa ragu itu akan terus ada selama kita berharap
pasangan kita sempurna.
Setelah
kita merasa yakin maka ditahap selanjutnya keraguan pun masih bisa muncul. Kali
ini bukan tentang pasangan kita, namun tentang kehidupan pasca nikah nanti. Pertanyaan
yang mungkin muncul dibenak kita seperti “Gimana ya setelah menikah nanti?,” “Kira-kira
aku siap gak jadi kepala/ibu rumah tangga?” “Aku siap gak ya hidup mandiri?”
(pertanyaan terakhir buat anak yang suka gelantungan pada orang tua, hee).
Tahap inilah yang membuat masa penantian untuk mengambil keputusan bahwa aku
siap menikah denganmu pada tanggal dan tahun ini menjadi terasa lama. Kesiapan
mental memakan waktu yang lebih lama kadang dibanding kesiapan material.
So, bagaimana cara mengatasinya? Penulis
sendiri di sini tak bisa berbicara banyak. Namun apa pun permasalahannya,
cobalah tips-tips berikut:
1.
Terimalah pasangan kita
dengan cinta. Kita tidak akan pernah menemukan orang yang tepat bagi kita bila
kita selalu memakai kacamata “sempurna.” Cukuplah bagi kita bahwa ia baik
untukku dan aku menyayanginya dan begitu pun sebaliknya.
2.
Ingatlah bahwa kehidupan
adalah proses. Kita tidak akan pernah siap sebelum kita menjalani. Pikirkan
bahwa apa yang ada di depan adalah tantangan bukan masalah. Jika kita tak
berani mengambil keputusan melangkah, maka kita telah mati langkah dalam
kehidupan ini.
3.
Percayalah bahwa kita tidak
sendiri. Bersama akan lebih baik. Dia, keluarga, dan tentu saja, Allah selalu
akan memberikan pertolongan bagi kita. Berdiskusilah setiap ada permasalahan,
bertanyalah dengan orang tua yang lebih berpengalaman, dan berdoalah semoga
kita senantiasa diberi petunjuk dan kekuatan.
Hidup merupakan sebuah perjalanan panjang menuju Tuhan.
Jangan melangkah sendiri. Bawa serta pasanganmu, keluargamu, sahabatmu agar kau
tak sendirian. Ingat, bahwa domba yang sendirian akan lebih mudah dimangsa oleh
serigala dibanding domba sekawan. Bersama selalu lebih baik.:-)
Pagi di Malang, 8.15, Sep 28, 2012, Iyan Albalangi
ciyeee.. curhan niyeeehhhhhhh...
ReplyDelete