Mukaddimah
Bismillahirrahmanirrahim.
Blog ini punya satu bagian yang sangat jarang diisi yaitu siraman rohani. Kebanyakan
tulisan saya lebih berorientasi pada pengalaman travelling atau karya berupa puisi,
cerita pendek, atau sekadar makalah. Akhir akhir ini saya merasa ingin
membagikan apa yang telah saya dengar dengan harapan bisa berkontribusi dalam
proses penyebaran kebaikan. Tulisan dalam Subtema “Ceramah” akan menguraikan
apa yang saya dapat dari buku kecil yang selalu saya bawa ke majelis pengajian.
Dalam tulisan dengan subtema ini, ada dua jenis tulisan, yaitu tulisan dicetak miring
dan tidak dicetak miring. Adapun tulisan yang dicetak miring merupakan
kutipan langsung dari guru atau penceramah. Kemudian, tulisan tanpa cetak
miring merupakan ulasan dari penulis pribadi sehingga sangat mungkin jika
terdapat kesalahan dalam penyampaiannya. Jika pembaca menemukan kesalahan
tersebut, saya akan merasa sangat senang jika Anda berkenan memperbaikinya
dalam kolom komentar. Tulisan dengan subtema ini akan diusahakan agar bisa selalu
update tiap minggunya dengan harapan semoga berkah. Amin
04 12 2010
Guru Zuhdi, Mesjid Jami, Banjarmasin
Tentang Pekerjaan
Haram atas seseorang tidak mengerjakan pekerjaan dunia padahal dia memiliki
kebutuhan, baik itu untuk dirinya pribadi atau pun bagi tanggungannya
(keluarga). Hal ini dikecualikan kepada suami istri yang tinggi ma’rifatnya kepada
Allah SWT. Adapun tujuan kita bekerja adalah supaya kita tidak minta kepada
manusia, supaya tidak besar harapan kita kepada makhluk lainnya.
Jenis
pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang kita senangi (hobi) serta mampu mengerjakannya.
Selain itu, pekerjaan yang baik juga pekerjaan yang tidak membuat kita lalai
kepada beribadah kepada Allah SWT.
Berdasarkan penjelasan
di atas maka jelaslah bagi kita bahwa bekerja merupakan kewajiban bagi manusia.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tiap kita senantiasa memerlukan
kebutuhan dunia berupa pangan, sandang, dan papan serta kebutuhan sekunder
lainnya. Kita tidak bisa hanya berharap
rezeki akan turun dari langit bak hujan. Memang segalanya sudah ditentukan tapi
tetap harus ada usaha untuk menemukan apa yang sudah ditentukan itu. Dia tidak
datang kepada kita dengan sendirinya karena rezeki tidak punya mata dan kaki.
Kitalah yang harus datang menjemput.
Tujuan dalam berusaha
pun adalah agar mengurangi ketergantungan kita terhadap orang lain. Hal ini
menandakan bahwa Islam menghargai status kita sebagai manusia yang mulia. Sudah
umum dipahami bahwa orang yang banyak berharap dan meminta pada makhluk
lainnya, maka kedudukannya berada dibawah makhluk tersebut. Sudah kita pahami
bersama pula bahwa tangan yang diatas itu selalu lebih baik daripada tangan
yang dibawah. Oleh sebab itulah, kita harus membiasakan agar harapan terbesar
itu hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk. Jika demikian, maka kita diberi
atau pun tidak, tidak akan memuat kita menjadi sakit hati karena sadar bahwa
harapan utama kepada Allah bukan makhluknya.